Sabtu, 22 Mei 2010

Tema : PEKERJA ANAK

Anak-Anak Punya Hak Untuk Bahagia

Setiap keluarga mempunyai masalah masing-masing, baik itu secara intenal maupun eksternal. Masalah internal mereka antara lain, yakni adanya tindak otoriter dalam mendidik anak dan adanya kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada perceraian. Kedua masalah ini yang paling merasakan dampaknya adalah anak-anak. Anak-anak yang dididik secara otoriter hanya akan membuat mereka hidup dalam penekanan oleh tua mereka. Demikaian juga pada percerain yang terjadi pada kedua orang tua anak-anak tersebut, mereka yang tidak tahu menahu akan permasalahan yang terjadi menjadi korban perceraian orang tuanya karena seorang anak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika di didik oleh kedua orang tua mereka sendiri.

Adapun masalah Eksternal dalam keluarga, yakni masalah ekonomi. Perekonomian Negara yang tidak menentu sangat berdampak pada keuangan setiap keluarga. Harga barang-barang pokok yang melonjak naik membuat banyak orang miskin bertambah miskin dan untuk kesekian kalinya anak-anak lagi yang menjadi korban.

Mengapa demikian?

Di luar sana banyak keluarga yang dalam sehari hanya makan sekali tapi ada pula yang sampai berpuasa karena mereka tidak punya uang untuk membeli makanan. Dalam hal ini anak-anak lagi menjadi korban karena dalam saat-saat mereka harus tumbuh dan berkembang terhambat. Para orang tua tidak mampu memberikan makanan yang bergizi untuk pertumbuhan, tidak mampu memberikan tempat yang layak untuk perkembangan mentalnya dan tidak mampu merberikan pendidikan yang semestinya untuk kecerdasan mereka. Bahkan para orang tua mengizinkan anak-anak mereka untuk bekerja demi membantu perekonomian kelurga yang tidak menentu ini.

Masalahnya sekarang, pekerjaan apa yang layak bagi anak-anak seumuran mereka?

Penjaga toko atau pelayan atau cleaning service?

Mustahil seorang anak yang tidak memiliki pendidikan cukup atau bahkan tidak pernah duduk di bangku sekolah bisa memperoleh pekerjaan tersebut, lulusan SMA saja sulit apalagi mereka. Pekerjaan yang dapat mereka lakukan hanyalah menjadi pengamen, loper koran, jualan asongan, tukang semir sepatu, pemulung bahkan menjadi peminta-minta. Mereka seharian dari pagi hingga petang berpanas-panasan ditemani asap kendaran dan bau sampah yang tidak mengenakkan. Padahal seumuran mereka harusnya berada di sekolah untuk menuntut ilmu.

Para pengamen, loper koran dan penjual asongan harus berteriak-teriak nyeruin ini, nyeruin itu ketika lampu jalan berwarna merah, mereka menawarkan dagangan mereka baik itu berupa makanan, koran atau majalah maupun suara mereka. Dalam sehari belum tentu dagangan mereka habis terjual dan belum tentu juga suara mereka yang pas-pasan ingin didengar ole semua orang yang mereka tawari padahal tenaga dan suara mereka telah habis.

Beda halnya dengan para pemulung. Mereka harus berada seharian di tempat sampah yang dipenuhi dengan lalat busuk dan bau busuk juga. Mereka harus mengais-ngais puluhan tong sampah setiap harinya untuk mencari benda-benda yang dapat didaur ulang. Padahal dalam sekilonya untuk bahan plastik kira-kira cuma dihargai seharga Rp 1.000,00 dan untuk besi sekilonya kira-kira seharga Rp 2.000,00. Harga barang-barang ini tidak tetap ini tergantung dengan nilai dollar dunia, jika nilai dollar dunia turun maka harga barang tersebut juga ikut turun dan sebaliknya jika nilai dollar dunia naik maka harga barang tersebut juga ikut naik dan saat sekarang itu sangat menguntung bagi para pemulung. Jadi, penghasilan mereka ini tidak menentu kadang mereka memperoleh hasil yang lebih dan kadang juga kurang bahkan sangat kurang.

Lain halnya lagi dengan peminta-minta. Mungkin larangan Pemerintah tentang perilku ini khususnya pada tempat-tempat tertentu sudah menyebar luas baik dari media cetak maupun media elektronik tapi masih ada saja yang melanggarnya baik itu dari pihak pemberi maupun yang diberi. Anak-anak ini menyebar luas di tempat-tempat ramai, baik itu di tempat ibadah, pertokoan maupun di jalan raya. Tangan mungil yang tidak bedosa yang semestinya ke bawah malah mengengadakan tangannya ke orang-orang. Mereka tidak pikirkan teriknya matahari dan dinginya malam, tangan tersebut tetap pada tempatnya untuk memenuhi kebutuhan perut mereka dan mungkin perut keluarga mereka pula. Dalam pikiran mereka yang penting mereka masih bisa bertahan hidup dan bersama keluarga yang mereka sayangi.

Semua pekerjaan ini tidak semestinya dilakukan oleh anak-anak karena akan mengganggu tumbuh kembang dan jiwa mereka. Di usia yang sebelia itu semestinya mereka belum dibebani pekerjaan berat yang akan menggagu waktu makan, pikiran, dan aktivitas mereka sebagai seorang anak. Makan yang banyak di usia itu sangat baik bagi pertumbuhan dan imajinasi yang baik akan membantu perkembangan cara berpikir yang rasional serta lingkungan yang layak baik itu dari kebersihan tempat dan orangnya akan membantu pembentukan mental yang baik pula.

Dalam mengatasi semua ini perlu adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya anak-anak. Penegasan Undang-Undang pasal 31 Ayat 1 dan 2 tentang pendidikan perlu ditingkatkan sehingga tidak ada lagi anak-anak yang tidak memiliki pendidikan dasar selama sembilan tahun. Memberikan tempat tinggal yang layak bukan dikolom jembatan di jalanan ataupun di dekat tempat pembuangan sampah sehinga mereka dapat menghirup udara yang bersih dan mampu hidup bersih pula. Memperbanyak perpustakan berjalan khususnya untuk anak jalanan agar mereka dapat bebas membaca untuk menambah pengetahuan mereka. Memperbanyak pula tempat-tempat pelatihan untuk anak jalanan khususnya para pengamen agar mereka dapat meningkatkan kualitas suara jadi mereka mempunyai kemampuan bernyanyi yang baik dan pantas untuk diperdengarkan oleh semua orang. Dengan ini masa anak-anak mereka tidak terbengkalai karena anak-anak jalanan juga ingin bahagia dan ingin meraskan masa yang indah dan menyenangkan seperti halnya anak-anak yang lain.