BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Apabila
pada suatu malam yang cerah kita memandang ke langit maka akan tampaklah oleh
kita bintang-bintang yang sangat banyak jumlahnya. Pada zaman dahulu orang
memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu yang sangat kecil dan
bercahaya yang bertaburan di angkasa. Namun setelah ditemukannya teleskop dan
ilmu pengetahuan juga semakin berkembang, orang akhirnya mengetahui bahwa
bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang
dialam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar.
Sedangkan
masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masingmasing
peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan satu sama
lain. Hal ini juga difirmankan oleh Allah SWT :
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ @ø©9$# u$pk¨]9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( @@ä. Îû ;7n=sù tbqßst7ó¡o ÇÌÌÈ
”Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.Masing-masing
dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya”
(QS. Al Anbiyaa(21) : 33).
Sehingga
akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengakui bahwa alam
semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan hal ini di dalam Al
Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop yaitu :
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷r'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ
”Dan
langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnyaKami benar-benar
meluaskannya” (QS Adz Dzaariyaat (51) : 47).
Oleh
karena itu Allah menyuruh umatnya untuk selalu memperhatikan danmeyakini Al
Qur’an secara ilmiah. Hal ini dijelaskan pula oleh Allah di dalamsatu surat An
Nisaa ayat 82 yang artinya :
xsùr& tbrã/ytFt tb#uäöà)ø9$# 4 öqs9ur tb%x. ô`ÏB ÏZÏã Îöxî «!$# (#rßy`uqs9 ÏmÏù $Zÿ»n=ÏF÷z$# #ZÏW2 ÇÑËÈ
”Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ? Kalau kiranya Al Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya”
(QS An Nisaa (4) : 82).
Sebab
kita memang harus mengakui bahwa ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah.
Sebagai contoh, di dalam ilmu fisika kita mengenal adanya hukum kesetaraan masa
dan energi, sedangkan massa adalah merupakan besaran pokok dalam arti besaran
yang ada dengan sendirinya, sedangkan massa tidak dapat menciptakan dirinya
sendiri, lalu siapakah penciptanya ? Maka kalau kita kembalikan kepada Ajaran
Tauhid tentu kita akan menjawab bahwa Allah-lah penciptanya.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah yang bertemakan “Islam
dalam Sains” sebagai berikut.
1. Al
Qur’an sebagai sumber Pengetahuan
2. Perjalanan
ilmu pengetahuan di dunia islam
3. Hubungan
Sains dalam islam
1.3 Tujuan Penulisan
Pada
dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan agama. Sementara tujuan khususnya adalah:
1. Untuk
mengetahui Al Qur’an sebagai sumber Pengetahuan
2. Untuk
mengetahui Perjalanan ilmu pengetahuan di dunia islam
3. Untuk
mengetahui Hubungan Sains dalam islam
1.4 Manfaat
Penulisan
Hasil
penulisan ini diharapkan
dapat
memberikan
manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Manfaat teoritis
Hasil
penulisan ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan mengenai peran Islam
dalam ilmu pengetahuan.
Manfaat praktis
Hasil
penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan masukan pengetahuan untuk
semua lapisan masyarakat, baik pelajar maupun dosen serta masyarakat umum dalam
mengetahui kitab Islam menjadi sumber dari ilmu pengetahuan.
1.5 Sistematika
Penulisan
Sistematika
penulisan adalah berisi uraian singkat setiap bab, mulai dari BAB I hingga
ke-BAB III, dimana uraian ini memberikan gambaran secara langsung tentang isi
dari tiap-tiap bab yang ada dalam makalah ini. Adapaun sistematika sebagai
berikut.
BAB
I PENDAHULUAN
Bab
ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,tujuan dan manfaat
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II PEMBAHASAN
Bab
ini membahas tentang pengertian agama, peran agama dalam kehidupan manusia,
fenomena agama dengan manusia, dan konsistensi keagamaan
BAB
III Penutup
Bab
ini adalah akhir makalah yang berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Al Qur’an
Sebagai Sumber Pengetahuan
Al-Qur’an
secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti
“bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah
kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jibril, ditulis dalam mushaf
yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah.
Al-
Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari
segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana
keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk
ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan1,
semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia
(Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebagaianya.
$tBur `ÏB 7p/!#y Îû ÇÚöF{$# wur 9ȵ¯»sÛ çÏÜt Ïmøym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 $¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u crç|³øtä ÇÌÑÈ
“Dan tidak ada seekor binatang pun
yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya,
melainkan semuanya merupakan umat-umat
(juga) seperti kamu. Tidak ada
sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka
dikumpulkan”(Q.S. Al-an’am(06): 38).
Lebih
lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya
segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”2.
Begitu
pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan
ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
1.Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia
dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.
Ayat
tersebut mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur
atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya, berfikir dengan
menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah3 manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan
ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah
kepada Nabi Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain
adalah mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya.
Tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara membaca, karena
membaca adalah kunci dari ilmu
pengetahuan,
baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak
mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan
melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan
penglihatan4 demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan
akhirat.
Dalam
Al-Qur’an terdapat kurang lebih 7505 ayat rujukan yang berkaitan
dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang
menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Allah
telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an,
manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada,
antara lain sebagaimana terdapat dalam
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
”Hai jama''ah jin dan manusia, jika
kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah,
kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Q.S Ar-Rahman: 55/33).6
Kemajuan
yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang
ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan
kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan
muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan
muslim
banyak memberikan sumbangan kepada ilmuan barat, hal ini sebagaimana
diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari
peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol”7 dan ini diakui
oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan
muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang,
itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al Qur’an,
karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah
memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari
kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu
terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara
ilmiah oleh sipa pun.
Islam
adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat empatik dalam mendorong umatnya
untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Qur’an itu sendiri merupakan sumber ilmu dan
sumber inspirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknelogi. Betapa
tidak, Al-Qur’an sendiri mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap orang-orang yang berilmu. Allah
berfirman,
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
“Allah akan mengangkat orang-orang
yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa
derajat” (Q.S.
Al-Mujadalah 58/11).
Selain
Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan,
bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Sebgaimana sabda beliau.
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة (رواه ابن عبد البر )
“Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan”.8
Berbeda
halnya dengan sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen, dalam agama
Kristen sains dan ilmu pengetahuan tidak ada ikatan dengan agama, karena antara
Gereja dan ilmuan ada pertentangna yang sangat tajam sebagaimana kita dapati
dalam fakta sejarah dihukum matinya seorang ilmuan Galileo Galilei9
(1564-1050M) hanya disebabkan pendapatnya berbeda dengan Gereja pada ketika
itu. Para ilmuan Kristen dalam melakukan riset pengembangan keilmuannya tidak
ada panduan wahyu sama sekali, maka tidak jarang atau sering kali hasil
penemuan ilmiah mereka tidak sejalan dengan etika moral keagamaan, menyimpang
dari ajaran agama dan hal ini dimaklumi karena akal punya keterbatasan untuk
mengungkapkan nilai-nilai kebenaran bila tidak didukung dan dipandu oleh wahyu.
Agama, sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen berjalan sendiri-sendiri
tidak ada keterikatan antara keduanya.
Karekteristik
dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta
dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul-betul
Islami, bermakna, membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya mendatangkan
manfaat dan kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam
rahmatan lil’alamin. Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma
agama dan selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan ia
membantu
menghantarkan para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna
kepada kebanaran informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui
keagungan, kebesaran, dan kemaha kuasan-Nya.
Hal
ini terbukti dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu
pengetahuan, sains dan teknelogi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina,
Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn rusyd, Imam al-Ghazali,
Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam
Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkan pun bebagai maca disiplin
ilmu, bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara
lain: ilmu Filsafat, Astrnomi, Fisika, Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran,
Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan sebagainya, pada masa itu
kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berda di bawah kendali umat Islam,
karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi. Rasul pernah
bersabda “Umatku akan jaya dengan ilmu
dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang memberikan anjuran dan
motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam kesempatan ini
tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.
2.2 Perjalanan
Sains dalam Islam
Dalam
kehidupan sosial dan peradaban umat Islam, sains sebenarnya lebih duhulu maju
dari apa yang terlihat pada masyarakar sekuler atau dunia Barat. Fakta ini
tidak bisa dipungkiri, Islam pernah berjaya dengan sains pada masa sebelum abad
15. Namun mengalami masa-masa kemunduran setelah itu dan dunia Islam hanya
mengeluti ilmu-ilmu agama. Sepanjang sejarah Eropa, kekuatan gereja telah
banyak menindas dan memperlakukan rakyat dengan semena-mena, sehingga tidak ada
sedikit pun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang berhasil diraih. Oleh
karena itu, agama dianggap tidak praktis, tidak fleksibel, dan penuh dengan
pertentangan sehingga dipandang sebagai penghambat perkembangan dan kemajuan
manusia. Apa yang diklaim Dunia Barat atas kemajuan ilmu pengetahuan yang
mereka capai pada satu sisi mungkin benar, namun tidak sepenuhnya benar. Ada
fakta yang menunjukkan, bahwa apa yang dialami oleh umat Islam terdahulu, telah
tercatat dalam sejarah bahwa mereka telah mengukir zaman keemasannya dengan
terang bendarang dan gemilang.
Pada abad
ke-10, kemajuan sains dan teknologi serta peradaban telah mencapai puncak
kemajuan dan perkembangannya. Pada abad itu pusat-pusat perkembangan sains
telah muncul di berbagai tempat. Ada tiga tempat yang dapat memicu perkembangan
sains yang sangat gemilang10, saat itu dunia Islam memiliki gaya
hidup khas yang lebih superior daripada dunia Barat. Baghdad, ibu kota Khilafah
Abbasiyah yang tetap merupakan kota terbesar dan merupakan kosmopolitan yang
menjadi perantara antara dunia Mediterania dan Hindu-Cina di Timur. Karena itu
tesis dari adanya kemajuan ilmu pengetahuan sebagai akibat lansung dari
pemisahan agama dan sains tidaklah benar.
Dengan
demikian, kemajuan sains tidaklah terjadi seperti klaim Dunia Barat. Dalam
hubungan ini, perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Islam
tersebut antara lain karena adanya definisi yang jelas tentang ilmu
pengetahuan. Islam membedakan dua wilayah bahasan yang berkaitan dengan
pengetahuan. Wilayah pertama berkaitan dengan urusan-urusan kemanusiaan yang
mencakup politik, sosial, ekonomi, hukum, peribadahan, dan lainnya. Wilayah
kedua berkaitan dengan ilmu pengetahuan murni.Akan tetapi fakta tersebut belum
menjelaskan, mengapa dunia Islam sekarang ini sangat mundur dalam sains dan teknologi,
bahkan terpuruk dalam segala bidang kehidupan, termasuk sains. Sebab yang masuk
akal adalah kemungkinan berkembangnya pandangan Islam yang membedakan dua
wilayah bahasan yang berkaitan dengan pengetahuan. Salah satu dari dua wilayah
ilmu pengetahuan itu tercecer, yakni wilayah ilmu pengetahuan murni.
Pendapat
yang menyatakan mundurnya sains dan teknologi pada dunia Islam merupakan akibat
dari praktik yang salah dalam pemahaman dan penerapan Islam, boleh jadi menjadi
penyebab utama. Bagaimana dimensi dari praktik yang salah itu tentulah tidak
selalu identik dengan menggunakan hukum Islam sebagai sistem kehidupan atau
ideologi. Pemisahan dua wilayah ilmu pengetahuan pada dunia Islam yang
diperkenalkan pada masa sebelum sains mengalami masa kemunduran, mengakibatkan
sains tidak berjalan secara integral dengan wilayah keilmuan berkaitan dengan
urusan-urusan kemanusiaan yang mencakup politik, sosial, ekonomi, hukum,
peribadahan, dan lainnya. Sebenarnya soal sains yang dalam dunia Islam
wilayahnya terbelah menjadi dua wilayah itu harusnya tidak dibiarkan bergerak
saling menjauhkan diri, tetapi mestinya makin terintegrasi.
Agama Islam
sebenarnya tidak membuat garis pemisah wilayah Ilmu pengetahuan sebagaimana
terjadi pada zaman kejayaan sains pada dunia Islam. Al Qur’an sendiri memuat
berbagai petunjuk atas seluruh aspek kehidupan manusia secara menyeluruh. Dalam
soal ilmu pengetahuan, sebagaimana dikemukakan Mumammad as Sayyid Yusuf dan
Ahmad Durrah, bahwa tidak diragukan lagi kata al-”ilm (ilmu) dalam Al-Quran
al-Karim mengandung banyak makna, baik yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama
maupun ilmu-ilmu dunia (umum). Memang, banyaknya makna untuk kata al-”ilm ini
adakalanya membingungkan sebagian orang. Namun demikian, perlu digarisbawahi
bahwa pada hakikatnya, semua ilmu itu menginduk pada satu sungai besar, yaitu
sungai kehidupan, yang pada gilirannya akan mengantarkan manusia menuju muara
kehidupan akhirat.
Dalam pada
itu, ilmu-ilmu dunia, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, tidak dapat
dipisahkan dari ilmu-ilmu agama. Sebab seorang Muslim dituntut untuk mencari
setiap ilmu yang dapat menghubungkan dirinya dengan Allah swt, menjadikan
hidupnya dimuka bumi ini sejahtera dan bahagia, membuatnya meraih kehidupan
mulia di akhirat, serta hidup kekal di akhirat kelak di dekat pada nabi,
as-Siddiqin, para kekasih Allah dan syuhada-karena sesungguhnya mereka adalah
sahabat terbaik. Persoalan ilmu dalam Al-Quran sungguh merupakan sumber yang
sangat kaya dan menjadi potensi bagi dunia Islam untuk berjaya dalam sains.
Bahkan perihal ilmu-ilmu yang tertuang dalam Al-Quran melampaui batas-batas
kemampuan akal dan daya pikir manusia. Perkembangan sains yang dicapai
masyarakat Barat belumlah seberapa
dibanding dengan petunjuk-petunjuk keilmuan yang dituangkan dalam Al Quran.
Secara ekstrem, dunia Barat mengklaim diri telah berjaya dengan sains dan
teknologi saat ini, tapi banyak petunjuk-petunjuk ilmu yang lebih besar yang
terdapat dan digambarkan Allah swt dalam Al-Quran yang belum bisa digali para
ahli sains dunia Barat.
Ketika dunia
Barat memandang rendah kepada dunia Islam dalam soal sains di abad ini, tentu
bisa dipahami. Sains dan teknologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penguatan iman umat Islam akan kebesaran Allah swt. Jika dicermati dengan sungguh-sungguh,
Al-Quran menempatkan ilmu murni sebagai hal yang penting bagi kelansungan hidup
manusia dalam mempersiapkan kehidupan akhirat. Hal ini tentu berbanding
terbalik dengan pandangan sains dalam masyarakar sekuler, yang tergelincir
”mendewakan” sains. Padahal, ahli sains seperti Newton11 sebagai
penemu teori Atom yang sekarang sangat berjasa dalam pengembangan sains di
dunia Barat, menyerah pada hasil penyelidikannya ketika dia tidak bisa lagi
mengurai partikel terkecil yang disebut Atom. Al-Quran sudah jauh lebih dahulu
membicarakan sains dibanding para ahli sains dari dunia Barat, tetapi kalangan
dunia Islam justru kemudian tahu tentang sains akan apa-apa yang telah
dinyatakan dalam Al Qur-an. Namun dalam kenyataannya para ahli sains dari dunia
Barat menempatkan diri sebagai penemu suatu teori karena intensitas mereka yang
luar biasa mengedepankan sains. Misalnya sejumlah ilmuwan yang senantiasa
mempelajari dan melakukan penyelidikan tentang perkembangan yang terjadi dalam
alam semesta ini. Para ilmuwan itu selalu memberitahukan kepada penduduk dunia,
termasuk kalangan dunia islam hasil-hasil penyelidikan keilmuan mereka.
Dari
perkembangan sains yang dicapai dunia Barat sebenarnya sudah menjadi
pengetahuan dunia Islam. Masalahnya dunia Islam tidak melakukan apresiasi
sebagaimana dilakukan ilmuwan dunia Barat atau setidaknya seperti yang pernah
dilakukan pada masa-masa kejayaan sains pada dunia Islam jauh sebelum kejayaan
sains pada dunia Barat di abad 20 ini. Padahal tidak satupun hakikat (teori) ilmiah
yang tidak disebutkan Al-Quran sejak dari lebih 14 abad yang lalu. Semua itu
tentu pertama-tama dibacakan kepada umat Islam khususnya dan umat manusia
umumnya.
2.3 Hubungan Sains dalam Islam
Dalam hal
ini hubungan sains dengan agama islam dapat dilihat dari peneliti ilmuan barat sebutlah
misalnya kalangan astronom berkembangsaan Amerika bernama Edwin Hobble12
(1889-1953) yang pada tahun 1920-an menemukan bahwa alam semesta ini terus
berkembang dan mengalami perluasan, yang kemudian lebih pupuler dengan nama
Teori Big Bang. Menurut Teori Big Bang dari Edwin Hobble menyatakan, bahwa
benda-benda langit yang kini satu sama lain saling berjauhan letaknya, pada
mulanya saling berdekatan. Kalangan ilmuwan telah menegaskan bahwa pada awalnya
benda-benda itu berasal dari satu titik yang menjadi sumber terjadinya ledakan.
Dari ledakan itulah terjadi alam semesta yang kemudian terus mengalami
perkembangan dari waktu ke waktu hingga menjadi seperti sekarang. Teori ini sejalan
dengan teori relavitas yang dirumuskan fisikawan masyhur abad 20 Albert
Einstein13 (1879-1955). Mereka ini, ahli sains dari dunia Barat
telah menjadi sumber pengembangan sains yang sangat berarti bagi kemajuan ilmu
dan teknologi dimasa sekarang dan mungkin juga di masa depan. Penemuan dan
pengungkapan teori-teori dari ahli sains dunia Barat itu mencengangkan dan
dijadikan referensi dalam pengembangan sains, termasuk kalangan dunia Islam.
Padahal, apa yang ditemukan Edwin Hobble pada
tahun
1920-an itu, sesungguhnya telah menjadi pengetahuan dunia Islam lebih dari 14
abad yang silam.
Dalam
hubungan Nabi Muhammad SAW telah datang dengan membawa teori penciptaan alam
semesta ini. Padahal beliau adalah seorang buta huruf yang tidak dapat membaca
dan menulis. Penciptaan alam semesta yang diketahui Nabi Muhamad SAW 14 abad yang silam berasal dari ilmu Tuhan. Hal
ini sebagaimana firman Allah swt yang diterima Nabi Muhammad SAW sebaga yang
berbunyi:
óOs9urr& tt tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( xsùr& tbqãZÏB÷sã ÇÌÉÈ
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui
bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman” (QS. al-Anbiya
[21] ;30).
Dengan
demikian, sebagaimana dikemukakan Mumammad as Sayyid Yusuf dan Ahmad Durrah,
bahwa sesungguhnya teori fisika –astronomi (kosmologi) modern yang terkenal
dengan sebutan teori big bang ini telah menetapkan bahwa penciptaan langit dan
bumi terjadi secara tiba-tiba sekitar satu milyar tahun yang lalu. Ketepatan
ini mendekati pernyataan teks Al-Quran bahwa pada mulanya langit dan bumi
saling berhimpitan satu sama lain. Namun kemudian, Allah SWT meninggikan langit seraya meratakan
bumi14.
Penafsiran Mumammad as Sayyid Yusuf dan Ahmad
Durrah tersebut dalam perspektif kalangan sufi, mungkin tidak tepat. Dalam konteks
ini, teks dalam Al-Quran yang menyatakan bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, tidak identik dengan berhimpitan.
Sesuatu yang padu merupakan satu kesatuan, sehingga bagaimana Allah memisahkan
bumi dan langit yang suatu yang padu adalah ilmu dan rahasia Allah. Apakah
sains dan ilmu manusia bisa mencari tahu bagaimana cara Allah swt memisahkan
sesuatu yang padu menjadi bumi dan langit, menunjukkan keterbatasan sains
murni. Tetapi yang terpenting dari teori big bang tersebut dalam konteks sains
dalam kaitannya dengan dunia Islam adalah bahwa Al-Quran telah memberi petunjuk
yang luar biasa bagi umat Islam dalam pengembangan sains sebagai sesuatu hal
yang akan melengkapi kehidupan sosial dan kemanusiannya dan sekaligus meningkatkan
iman manusia akan kekuasaan Allah swt. di sisi lain menunjukkan sains yang
dikuasai manusia saat ini hanyalah sebagian kecil dari ilmu Allah swt.
Hubungan sains dan Islam
adalah suatu hal kontroversi. Dalam dunia Islam,
banyak mempercayai bahwa sains modern pertama kali dikembangkan dalam dunia
Islam daripada di Eropa
dan negara Barat, bahwa "semua kekayaan ilmu di dunia sebenarnya berpunca dari Tamadun Islam," dan apa orang bergelar "kaedah
saintifik", adalah sebenarnya "kaedah Islam.
Dalam
sokongan pemandangan mereka bahawa al-Quran mempromosikan kemilikan ilmu
baru.Dalam percanggahan yang jelas, pihak yang lain bimbang dengan dunia Islam
"kekurangan kefahaman saintifik yang mendalam," dan kesal contohnya,
dalam negara seperti Pakistan walaupun fizik pelajar pasca siswazah telah
mengaitkan gempa bumi
dengan dosa, kekurangan akhlak, terpesong dari jalan Islam yang sebenarnya,
sementara hanya dua suara yang tenggelam yang menyokong pandangan saintifik
bahawa gempa bumi adalah suatu fenomenon asli tidak dikesan oleh aktiviti
manusia.
Pengembangan
pemikiran santifik dan ilmu telah menyebabkan berlainan reaksi di kalangan umat
Islam. Dalam dunia Islam kini, kebanyakan fokusnya pada hubungan Islam dan
sains termasuk terjemahan saintifik al-Quran
(dan kadang-kadang Sunnah)
telah menunjukkan bahawa sumber-sumber ini telah membuat kenyataan terus
mengenai sifat alam,
pengembangan biologi dan fenomena lain kemudiannya disahkan oleh kajian sains,
dan bukti asal-usul kesucian al-Quran. Usaha ini telah dikritik oleh setengah
ahli sains dan ahli falsafah sebagai mengandungi kesalahan logik, disebabkan
tidak saintifik, mungkin dibuktikan palsu dengan memuncakan teori saintifik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kajian
materi agama dan sains memiliki hubungan yang erat dan saling isi
mengisi.Ketika ahli sains mampu mengungkapkan rahasia-rahasia ilmu alam dan ilmu-ilmu
hasil penelitian di lapangan atau
laboratorium, akhirnya mereka semakin beriman dan dekat pada sang
Penciptanya, demikian juga seorang ahli agama akan semakin bertambah iman
dan ketakwaan manakala ia mampu menangkap rahasia-rahasia di balik wujud nyata atau kiasaan yang ada di alam ini.
Baik ahli sains maupun agama, untuk mencapai tangga derajat yang tinggi,
semua karena kemampuan mereka menggunakan fungsi akal secara optimaluntuk
berpikir menemukan sesuatu.
3.2 Saran
Dari
uraian diatas tampaklah bahwa Al Quran sebagai mujizat Allah kepadaRasulullah
SAW ternyata mampu menjawab masalah-masalah mengenai rahasiaalam semesta dan
hal ini telah dibuktikan dengan berbagai penelitian yangdilakukan oleh para
ahli.Oleh karena itu marilah kita sebagai hamba Allah yang menggunakan AlQur’an
sebagai pedoman hidup, selalu berusaha untuk meyakini, mengkaji, danmengamalkan
Al Quran secara ilmiah agar dapat lebih membuka tabir rahasiaalam semesta yang
merupakan Sunatullah.
Daftar Isi
http://boyyendratamin.blogspot.com/2011/04/oleh-boy-yendra-tamin-dalam-kehidupan.html
(Jum’at 30 des 2011, 1930)
http://smamujahidin-ptk.sch.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=35 (Kamis, 5 Januari 2012, 15.54)
Al-Kamil, Al Qur’an Terjemahan Darus Sunnah