Jumat, 20 Januari 2012

makalah "islam sebagai kiblat pengetahuan"


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Apabila pada suatu malam yang cerah kita memandang ke langit maka akan tampaklah oleh kita bintang-bintang yang sangat banyak jumlahnya. Pada zaman dahulu orang memandang bintang-bintang itu hanyalah sebagai sesuatu yang sangat kecil dan bercahaya yang bertaburan di angkasa. Namun setelah ditemukannya teleskop dan ilmu pengetahuan juga semakin berkembang, orang akhirnya mengetahui bahwa bintang-bintang merupakan bagian dari suatu gugusan yang dinamakan galaksi yang dialam ini jumlahnya lebih dari 100 milyar.
Sedangkan masing-masing bintang ini terdiri dari planet-planet yang masingmasing peredarannya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bertabrakan satu sama lain. Hal ini juga difirmankan oleh Allah SWT :
uqèdur Ï%©!$# t,n=y{ Ÿ@ø©9$# u$pk¨]9$#ur }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur ( @@ä. Îû ;7n=sù tbqßst7ó¡o ÇÌÌÈ  
”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.Masing-masing dari keduanya itu beredar dalam garis edarnya” (QS. Al Anbiyaa(21) : 33).
Sehingga akhirnya orang berdasar ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengakui bahwa alam semesta ini maha luas. Sebenarnya Allah telah menegaskan hal ini di dalam Al Quran yang diturunkan jauh sebelum ditemukannya teleskop yaitu :
uä!$uK¡¡9$#ur $yg»oYøt^t/ 7&÷ƒr'Î/ $¯RÎ)ur tbqãèÅqßJs9 ÇÍÐÈ  
”Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnyaKami benar-benar meluaskannya” (QS Adz Dzaariyaat (51) : 47).
Oleh karena itu Allah menyuruh umatnya untuk selalu memperhatikan danmeyakini Al Qur’an secara ilmiah. Hal ini dijelaskan pula oleh Allah di dalamsatu surat An Nisaa ayat 82 yang artinya :
Ÿxsùr& tbr㍭/ytFtƒ tb#uäöà)ø9$# 4 öqs9ur tb%x. ô`ÏB ÏZÏã ÎŽöxî «!$# (#rßy`uqs9 ÏmŠÏù $Zÿ»n=ÏF÷z$# #ZŽÏWŸ2 ÇÑËÈ  
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS An Nisaa (4) : 82).
Sebab kita memang harus mengakui bahwa ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah. Sebagai contoh, di dalam ilmu fisika kita mengenal adanya hukum kesetaraan masa dan energi, sedangkan massa adalah merupakan besaran pokok dalam arti besaran yang ada dengan sendirinya, sedangkan massa tidak dapat menciptakan dirinya sendiri, lalu siapakah penciptanya ? Maka kalau kita kembalikan kepada Ajaran Tauhid tentu kita akan menjawab bahwa Allah-lah penciptanya.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah yang bertemakan “Islam dalam Sains” sebagai berikut.
1.      Al Qur’an sebagai sumber Pengetahuan
2.      Perjalanan ilmu pengetahuan di dunia islam
3.      Hubungan Sains dalam islam 
1.3 Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan agama. Sementara tujuan khususnya adalah:
1.      Untuk mengetahui Al Qur’an sebagai sumber Pengetahuan
2.      Untuk mengetahui Perjalanan ilmu pengetahuan di dunia islam
3.      Untuk mengetahui Hubungan Sains dalam islam

1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Manfaat teoritis
Hasil penulisan ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan mengenai peran Islam dalam ilmu pengetahuan.
Manfaat praktis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan masukan pengetahuan untuk semua lapisan masyarakat, baik pelajar maupun dosen serta masyarakat umum dalam mengetahui kitab Islam menjadi sumber dari ilmu pengetahuan.

1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah berisi uraian singkat setiap bab, mulai dari BAB I hingga ke-BAB III, dimana uraian ini memberikan gambaran secara langsung tentang isi dari tiap-tiap bab yang ada dalam makalah ini. Adapaun sistematika sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,tujuan dan manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengertian agama, peran agama dalam kehidupan manusia, fenomena agama dengan manusia, dan konsistensi keagamaan
BAB III Penutup
Bab ini adalah akhir makalah yang berisi kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Al Qur’an Sebagai Sumber Pengetahuan    
Al-Qur’an secara ilmu kebahasaan berakar dari kata qaraa yaqrau qur’anan yang bererti “bacan atau yang dibaca”. Secara general Al-Qur’an didefenisikan sebagai sebuah kitab yang berisi himpunan kalam Allah, suatu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. melalui perantaraan malikat Jibril, ditulis dalam mushaf yang kemurniannya senantiasa terpelihara, dan membacanya merupakan amal ibadah. 
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan1, semuanya telah terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai asfek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah (Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu emperis, ilmu agama, umum dan sebagaianya.
$tBur `ÏB 7p­/!#yŠ Îû ÇÚöF{$# Ÿwur 9ŽÈµ¯»sÛ çŽÏÜtƒ Ïmøym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4 $¨B $uZôÛ§sù Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4n<Î) öNÍkÍh5u šcrçŽ|³øtä ÇÌÑÈ
“Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat
(juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan”(Q.S. Al-an’am(06): 38).
Lebih lanjut Achmad Baiquni mengatakan, “sebenarnya segala ilmu yang diperlukan manusia itu tersedia di dalam Al-Qur’an”2.
Begitu pentingnya sains dan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur’an sehingga Allah menurunkan ayat yang pertama kali Q.S Al-‘alaq 96/1-5.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah,
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat tersebut mengandung perintah membaca, membaca berarti berfikir secara teratur atau sitematis dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya, berfikir dengan menkorelasikan antara ayat qauliah dan kauniah3 manusia akan mampu menemukan konsep-konsep sains dan ilmu pengetahuan. Bahkan perintah yang pertama kali dititahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammada SAW. dan umat Islam sebelum perintah-perintah yang lain adalah mengembangkan sains dan ilmu pengetahuan serta bagaimana cara mendapatkannya. Tentunya ilmu pengetahuan diperoleh di awali dengan cara membaca, karena membaca adalah kunci dari ilmu

pengetahuan, baik membaca ayat qauliah maupun ayat kauniah, sebab manusia itu lahir tidak mengethui apa-apa, pengetahuan manusia itu diperoleh melalui proses belajar dan melalui pengalaman yang dikumpulkan oleh akal serta indra pendengaran dan penglihatan4 demi untuk mencapai kejayaan, kebahagian dunia dan akhirat.
Dalam Al-Qur’an terdapat kurang lebih 7505 ayat rujukan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan sementara tidak ada agama atau kebudayaan lain yang menegaskan dengan begitu tegas akan kepentingan ilmu dalam kehidupan manusia. Allah telah meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain sebagaimana terdapat dalam
uŽ|³÷èyJ»tƒ Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 Ÿw šcräàÿZs? žwÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ  
”Hai jama''ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan” (Q.S Ar-Rahman: 55/33).6
Kemajuan yang telah diperoleh oleh bangsa-bangsa yang maju (bangsa barat) dalam bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi di abad modren ini, sebenarnya merupakan kelanjutan dari tradisi ilmiah yang telah dikembangkan oleh ilmuan-ilmuan muslim pada abad pertengahan atau dengan kata lain ilmuan



muslim banyak memberikan sumbangan kepada ilmuan barat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Badri Yatim dalam bukunya Sejarah Perdaban Islam “kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol”7 dan ini diakui oleh sebagian mereka. Sains dan teknologi baik itu yang ditemukan oleh ilmuan muslim maupun oleh ilmuan barat pada masa dulu, sekarang dan yang akan datang, itu semua sebagai bukti kebenaran informasi yang terkandung di dalam al Qur’an, karena jauh sebelum peristiwa penemuan-penemuan itu terjadi al-Qur’an telah memberikan isyarat-isyarat tentang hal itu, dan ini termasuk bagian dari kemukjizatan al-Qur’an, dimana kebenaran yang terkandung didalamnya selalu terbuka untuk dikaji, didiskusikan, diteliti, diuji dan dibuktikan secara ilmiah oleh sipa pun.
Islam adalah satu-satunya agama di dunia yang sangat empatik dalam mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, bahkan Al-Qur’an itu sendiri merupakan sumber ilmu dan sumber inspirasi berbagai disiplin ilmu pengetahuan sains dan teknelogi. Betapa tidak, Al-Qur’an sendiri mengandung banyak konsep-konsep sains, ilmu pengetahuan dan teknologi serta pujian terhadap orang-orang yang berilmu. Allah berfirman,
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-Mujadalah 58/11).
Selain Al-Qur’an, Hadits-hadits Nabi juga sangat banyak yang mendorong dan menekankan, bahkan mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu. Sebgaimana sabda beliau.

طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة (رواه ابن عبد البر )

“Menuntut ilmu itu suatu kewajiban kepada setiap muslim laki-laki dan perempuan”.8 
Berbeda halnya dengan sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen, dalam agama Kristen sains dan ilmu pengetahuan tidak ada ikatan dengan agama, karena antara Gereja dan ilmuan ada pertentangna yang sangat tajam sebagaimana kita dapati dalam fakta sejarah dihukum matinya seorang ilmuan Galileo Galilei9 (1564-1050M) hanya disebabkan pendapatnya berbeda dengan Gereja pada ketika itu. Para ilmuan Kristen dalam melakukan riset pengembangan keilmuannya tidak ada panduan wahyu sama sekali, maka tidak jarang atau sering kali hasil penemuan ilmiah mereka tidak sejalan dengan etika moral keagamaan, menyimpang dari ajaran agama dan hal ini dimaklumi karena akal punya keterbatasan untuk mengungkapkan nilai-nilai kebenaran bila tidak didukung dan dipandu oleh wahyu. Agama, sains dan ilmu pengetahuan dalam agama Kristen berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterikatan antara keduanya. 
Karekteristik dari sains Islam adalah keterpaduan antara potensi nalar, akal dan wahyu serta dzikir dan fikir, sehingga sains yang dihasilkan ilmuan Muslim batul-betul Islami, bermakna, membawa kesejukan bagi alam semesta, artinya mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bagi kepentingan umat manusia sesuai dengan misi Islam rahmatan lil’alamin. Sains Islam selalu terikat dengan nilai-nilai dan norma agama dan selalu merujuk kepada Al-Qur’an dan Sunnah, dan ia

membantu menghantarkan para penemunya kepada pemahaman, keyakinan yang lebih sempurna kepada kebanaran informasi yang terkandung dalam ayat-ayat Allah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan kepada Allah, mengakui keagungan, kebesaran, dan kemaha kuasan-Nya.
Hal ini terbukti dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Muslim tampil kepentas dunia ilmu pengetahuan, sains dan teknelogi, seperti Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Sina, Ikhwanusshafa, Ibn Miskwaih, Nasiruddin al-Thusi, Ibn rusyd, Imam al-Ghazali, Al-Biruni, Fakhrudin ar-Razy, Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Hambali dan lain-lain. Ilmu yang mereka kembangkan pun bebagai maca disiplin ilmu, bahkan meliputi segala cabang ilmu yang berkembang pada masa itu, antara lain: ilmu Filsafat, Astrnomi, Fisika, Astronomi, Astrologi, Alkemi, Kedokteran, Optik, Farmasi, Tasauf, Fiqih, Tafsir, Ilmu Kalam dan sebagainya, pada masa itu kejayaan, kemakmuran, kekuasaan dan politik berda di bawah kendali umat Islam, karena mereka meguasai sains, ilmu pengetahuan dan teknelogi. Rasul pernah bersabda “Umatku akan jaya dengan ilmu dan harta”. Banyak lagi hadits-hadits beliau yang memberikan anjuran dan motivasi kepada umatnya untuk belajar menuntut ilmu, namun dalam kesempatan ini tentunya tidak dapat disebutkan semuanya.

2.2 Perjalanan Sains dalam Islam
Dalam kehidupan sosial dan peradaban umat Islam, sains sebenarnya lebih duhulu maju dari apa yang terlihat pada masyarakar sekuler atau dunia Barat. Fakta ini tidak bisa dipungkiri, Islam pernah berjaya dengan sains pada masa sebelum abad 15. Namun mengalami masa-masa kemunduran setelah itu dan dunia Islam hanya mengeluti ilmu-ilmu agama. Sepanjang sejarah Eropa, kekuatan gereja telah banyak menindas dan memperlakukan rakyat dengan semena-mena, sehingga tidak ada sedikit pun kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan yang berhasil diraih. Oleh karena itu, agama dianggap tidak praktis, tidak fleksibel, dan penuh dengan pertentangan sehingga dipandang sebagai penghambat perkembangan dan kemajuan manusia. Apa yang diklaim Dunia Barat atas kemajuan ilmu pengetahuan yang mereka capai pada satu sisi mungkin benar, namun tidak sepenuhnya benar. Ada fakta yang menunjukkan, bahwa apa yang dialami oleh umat Islam terdahulu, telah tercatat dalam sejarah bahwa mereka telah mengukir zaman keemasannya dengan terang bendarang dan gemilang.
Pada abad ke-10, kemajuan sains dan teknologi serta peradaban telah mencapai puncak kemajuan dan perkembangannya. Pada abad itu pusat-pusat perkembangan sains telah muncul di berbagai tempat. Ada tiga tempat yang dapat memicu perkembangan sains yang sangat gemilang10, saat itu dunia Islam memiliki gaya hidup khas yang lebih superior daripada dunia Barat. Baghdad, ibu kota Khilafah Abbasiyah yang tetap merupakan kota terbesar dan merupakan kosmopolitan yang menjadi perantara antara dunia Mediterania dan Hindu-Cina di Timur. Karena itu tesis dari adanya kemajuan ilmu pengetahuan sebagai akibat lansung dari pemisahan agama dan sains tidaklah benar.
Dengan demikian, kemajuan sains tidaklah terjadi seperti klaim Dunia Barat. Dalam hubungan ini, perkembangan ilmu pengetahuan pada masa pemerintahan Islam tersebut antara lain karena adanya definisi yang jelas tentang ilmu pengetahuan. Islam membedakan dua wilayah bahasan yang berkaitan dengan pengetahuan. Wilayah pertama berkaitan dengan urusan-urusan kemanusiaan yang mencakup politik, sosial, ekonomi, hukum, peribadahan, dan lainnya. Wilayah kedua berkaitan dengan ilmu pengetahuan murni.Akan tetapi fakta tersebut belum menjelaskan, mengapa dunia Islam sekarang ini sangat mundur dalam sains dan teknologi, bahkan terpuruk dalam segala bidang kehidupan, termasuk sains. Sebab yang masuk akal adalah kemungkinan berkembangnya pandangan Islam yang membedakan dua wilayah bahasan yang berkaitan dengan pengetahuan. Salah satu dari dua wilayah ilmu pengetahuan itu tercecer, yakni wilayah ilmu pengetahuan murni.
Pendapat yang menyatakan mundurnya sains dan teknologi pada dunia Islam merupakan akibat dari praktik yang salah dalam pemahaman dan penerapan Islam, boleh jadi menjadi penyebab utama. Bagaimana dimensi dari praktik yang salah itu tentulah tidak selalu identik dengan menggunakan hukum Islam sebagai sistem kehidupan atau ideologi. Pemisahan dua wilayah ilmu pengetahuan pada dunia Islam yang diperkenalkan pada masa sebelum sains mengalami masa kemunduran, mengakibatkan sains tidak berjalan secara integral dengan wilayah keilmuan berkaitan dengan urusan-urusan kemanusiaan yang mencakup politik, sosial, ekonomi, hukum, peribadahan, dan lainnya. Sebenarnya soal sains yang dalam dunia Islam wilayahnya terbelah menjadi dua wilayah itu harusnya tidak dibiarkan bergerak saling menjauhkan diri, tetapi mestinya makin terintegrasi.
Agama Islam sebenarnya tidak membuat garis pemisah wilayah Ilmu pengetahuan sebagaimana terjadi pada zaman kejayaan sains pada dunia Islam. Al Qur’an sendiri memuat berbagai petunjuk atas seluruh aspek kehidupan manusia secara menyeluruh. Dalam soal ilmu pengetahuan, sebagaimana dikemukakan Mumammad as Sayyid Yusuf dan Ahmad Durrah, bahwa tidak diragukan lagi kata al-”ilm (ilmu) dalam Al-Quran al-Karim mengandung banyak makna, baik yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama maupun ilmu-ilmu dunia (umum). Memang, banyaknya makna untuk kata al-”ilm ini adakalanya membingungkan sebagian orang. Namun demikian, perlu digarisbawahi bahwa pada hakikatnya, semua ilmu itu menginduk pada satu sungai besar, yaitu sungai kehidupan, yang pada gilirannya akan mengantarkan manusia menuju muara kehidupan akhirat.
Dalam pada itu, ilmu-ilmu dunia, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, tidak dapat dipisahkan dari ilmu-ilmu agama. Sebab seorang Muslim dituntut untuk mencari setiap ilmu yang dapat menghubungkan dirinya dengan Allah swt, menjadikan hidupnya dimuka bumi ini sejahtera dan bahagia, membuatnya meraih kehidupan mulia di akhirat, serta hidup kekal di akhirat kelak di dekat pada nabi, as-Siddiqin, para kekasih Allah dan syuhada-karena sesungguhnya mereka adalah sahabat terbaik. Persoalan ilmu dalam Al-Quran sungguh merupakan sumber yang sangat kaya dan menjadi potensi bagi dunia Islam untuk berjaya dalam sains. Bahkan perihal ilmu-ilmu yang tertuang dalam Al-Quran melampaui batas-batas kemampuan akal dan daya pikir manusia. Perkembangan sains yang dicapai masyarakat  Barat belumlah seberapa dibanding dengan petunjuk-petunjuk keilmuan yang dituangkan dalam Al Quran. Secara ekstrem, dunia Barat mengklaim diri telah berjaya dengan sains dan teknologi saat ini, tapi banyak petunjuk-petunjuk ilmu yang lebih besar yang terdapat dan digambarkan Allah swt dalam Al-Quran yang belum bisa digali para ahli sains dunia Barat.
Ketika dunia Barat memandang rendah kepada dunia Islam dalam soal sains di abad ini, tentu bisa dipahami. Sains dan teknologi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penguatan iman umat Islam akan kebesaran Allah swt. Jika dicermati dengan sungguh-sungguh, Al-Quran menempatkan ilmu murni sebagai hal yang penting bagi kelansungan hidup manusia dalam mempersiapkan kehidupan akhirat. Hal ini tentu berbanding terbalik dengan pandangan sains dalam masyarakar sekuler, yang tergelincir ”mendewakan” sains. Padahal, ahli sains seperti Newton11 sebagai penemu teori Atom yang sekarang sangat berjasa dalam pengembangan sains di dunia Barat, menyerah pada hasil penyelidikannya ketika dia tidak bisa lagi mengurai partikel terkecil yang disebut Atom. Al-Quran sudah jauh lebih dahulu membicarakan sains dibanding para ahli sains dari dunia Barat, tetapi kalangan dunia Islam justru kemudian tahu tentang sains akan apa-apa yang telah dinyatakan dalam Al Qur-an. Namun dalam kenyataannya para ahli sains dari dunia Barat menempatkan diri sebagai penemu suatu teori karena intensitas mereka yang luar biasa mengedepankan sains. Misalnya sejumlah ilmuwan yang senantiasa mempelajari dan melakukan penyelidikan tentang perkembangan yang terjadi dalam alam semesta ini. Para ilmuwan itu selalu memberitahukan kepada penduduk dunia, termasuk kalangan dunia islam hasil-hasil penyelidikan keilmuan mereka.

Dari perkembangan sains yang dicapai dunia Barat sebenarnya sudah menjadi pengetahuan dunia Islam. Masalahnya dunia Islam tidak melakukan apresiasi sebagaimana dilakukan ilmuwan dunia Barat atau setidaknya seperti yang pernah dilakukan pada masa-masa kejayaan sains pada dunia Islam jauh sebelum kejayaan sains pada dunia Barat di abad 20 ini. Padahal tidak satupun hakikat (teori) ilmiah yang tidak disebutkan Al-Quran sejak dari lebih 14 abad yang lalu. Semua itu tentu pertama-tama dibacakan kepada umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya.
2.3 Hubungan Sains dalam Islam
Dalam hal ini hubungan sains dengan agama islam dapat dilihat dari peneliti ilmuan barat sebutlah misalnya kalangan astronom berkembangsaan Amerika bernama Edwin Hobble12 (1889-1953) yang pada tahun 1920-an menemukan bahwa alam semesta ini terus berkembang dan mengalami perluasan, yang kemudian lebih pupuler dengan nama Teori Big Bang. Menurut Teori Big Bang dari Edwin Hobble menyatakan, bahwa benda-benda langit yang kini satu sama lain saling berjauhan letaknya, pada mulanya saling berdekatan. Kalangan ilmuwan telah menegaskan bahwa pada awalnya benda-benda itu berasal dari satu titik yang menjadi sumber terjadinya ledakan. Dari ledakan itulah terjadi alam semesta yang kemudian terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu hingga menjadi seperti sekarang. Teori ini sejalan dengan teori relavitas yang dirumuskan fisikawan masyhur abad 20 Albert Einstein13 (1879-1955). Mereka ini, ahli sains dari dunia Barat telah menjadi sumber pengembangan sains yang sangat berarti bagi kemajuan ilmu dan teknologi dimasa sekarang dan mungkin juga di masa depan. Penemuan dan pengungkapan teori-teori dari ahli sains dunia Barat itu mencengangkan dan dijadikan referensi dalam pengembangan sains, termasuk kalangan dunia Islam. Padahal, apa yang ditemukan Edwin Hobble pada

tahun 1920-an itu, sesungguhnya telah menjadi pengetahuan dunia Islam lebih dari 14 abad yang silam.
Dalam hubungan Nabi Muhammad SAW telah datang dengan membawa teori penciptaan alam semesta ini. Padahal beliau adalah seorang buta huruf yang tidak dapat membaca dan menulis. Penciptaan alam semesta yang diketahui Nabi Muhamad SAW 14  abad yang silam berasal dari ilmu Tuhan. Hal ini sebagaimana firman Allah swt yang diterima Nabi Muhammad SAW sebaga yang berbunyi:
óOs9urr& ttƒ tûïÏ%©!$# (#ÿrãxÿx. ¨br& ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur $tFtR%Ÿ2 $Z)ø?u $yJßg»oYø)tFxÿsù ( $oYù=yèy_ur z`ÏB Ïä!$yJø9$# ¨@ä. >äóÓx« @cÓyr ( Ÿxsùr& tbqãZÏB÷sムÇÌÉÈ  
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasannya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman” (QS. al-Anbiya [21] ;30).
Dengan demikian, sebagaimana dikemukakan Mumammad as Sayyid Yusuf dan Ahmad Durrah, bahwa sesungguhnya teori fisika –astronomi (kosmologi) modern yang terkenal dengan sebutan teori big bang ini telah menetapkan bahwa penciptaan langit dan bumi terjadi secara tiba-tiba sekitar satu milyar tahun yang lalu. Ketepatan ini mendekati pernyataan teks Al-Quran bahwa pada mulanya langit dan bumi saling berhimpitan satu sama lain. Namun kemudian,  Allah SWT meninggikan langit seraya meratakan bumi14.
 Penafsiran Mumammad as Sayyid Yusuf dan Ahmad Durrah tersebut dalam perspektif kalangan sufi, mungkin tidak tepat. Dalam konteks ini, teks dalam Al-Quran yang menyatakan bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, tidak identik dengan berhimpitan. Sesuatu yang padu merupakan satu kesatuan, sehingga bagaimana Allah memisahkan bumi dan langit yang suatu yang padu adalah ilmu dan rahasia Allah. Apakah sains dan ilmu manusia bisa mencari tahu bagaimana cara Allah swt memisahkan sesuatu yang padu menjadi bumi dan langit, menunjukkan keterbatasan sains murni. Tetapi yang terpenting dari teori big bang tersebut dalam konteks sains dalam kaitannya dengan dunia Islam adalah bahwa Al-Quran telah memberi petunjuk yang luar biasa bagi umat Islam dalam pengembangan sains sebagai sesuatu hal yang akan melengkapi kehidupan sosial dan kemanusiannya dan sekaligus meningkatkan iman manusia akan kekuasaan Allah swt. di sisi lain menunjukkan sains yang dikuasai manusia saat ini hanyalah sebagian kecil dari ilmu Allah swt.
Hubungan sains dan Islam adalah suatu hal kontroversi. Dalam dunia Islam, banyak mempercayai bahwa sains modern pertama kali dikembangkan dalam dunia Islam daripada di Eropa dan negara Barat, bahwa "semua kekayaan ilmu di dunia sebenarnya berpunca dari Tamadun Islam," dan apa orang bergelar "kaedah saintifik", adalah sebenarnya "kaedah Islam.
Dalam sokongan pemandangan mereka bahawa al-Quran mempromosikan kemilikan ilmu baru.Dalam percanggahan yang jelas, pihak yang lain bimbang dengan dunia Islam "kekurangan kefahaman saintifik yang mendalam," dan kesal contohnya, dalam negara seperti Pakistan walaupun fizik pelajar pasca siswazah telah mengaitkan gempa bumi dengan dosa, kekurangan akhlak, terpesong dari jalan Islam yang sebenarnya, sementara hanya dua suara yang tenggelam yang menyokong pandangan saintifik bahawa gempa bumi adalah suatu fenomenon asli tidak dikesan oleh aktiviti manusia.
Pengembangan pemikiran santifik dan ilmu telah menyebabkan berlainan reaksi di kalangan umat Islam. Dalam dunia Islam kini, kebanyakan fokusnya pada hubungan Islam dan sains termasuk terjemahan saintifik al-Quran (dan kadang-kadang Sunnah) telah menunjukkan bahawa sumber-sumber ini telah membuat kenyataan terus mengenai sifat alam, pengembangan biologi dan fenomena lain kemudiannya disahkan oleh kajian sains, dan bukti asal-usul kesucian al-Quran. Usaha ini telah dikritik oleh setengah ahli sains dan ahli falsafah sebagai mengandungi kesalahan logik, disebabkan tidak saintifik, mungkin dibuktikan palsu dengan memuncakan teori saintifik.
BAB III
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan
Kajian materi agama dan sains memiliki hubungan yang erat dan saling isi mengisi.Ketika ahli sains mampu mengungkapkan rahasia-rahasia ilmu alam dan ilmu-ilmu hasil penelitian di lapangan atau laboratorium, akhirnya mereka semakin beriman dan dekat pada sang Penciptanya, demikian juga seorang ahli agama akan semakin bertambah iman dan ketakwaan manakala ia mampu menangkap rahasia-rahasia di balik wujud nyata atau kiasaan yang ada di alam ini. Baik ahli sains maupun agama, untuk mencapai tangga derajat yang tinggi, semua karena kemampuan mereka menggunakan fungsi akal secara optimaluntuk berpikir menemukan sesuatu.

3.2 Saran
Dari uraian diatas tampaklah bahwa Al Quran sebagai mujizat Allah kepadaRasulullah SAW ternyata mampu menjawab masalah-masalah mengenai rahasiaalam semesta dan hal ini telah dibuktikan dengan berbagai penelitian yangdilakukan oleh para ahli.Oleh karena itu marilah kita sebagai hamba Allah yang menggunakan AlQur’an sebagai pedoman hidup, selalu berusaha untuk meyakini, mengkaji, danmengamalkan Al Quran secara ilmiah agar dapat lebih membuka tabir rahasiaalam semesta yang merupakan Sunatullah.
Daftar Isi



Al-Kamil, Al Qur’an Terjemahan Darus Sunnah