Jumat, 20 Januari 2012

makalah "hubungan manusia dengan agama


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia merupakan makhluk Tuhan yang memiliki tuntutan untuk menyembah dan bersyukur atas segala sesuatu yang telah diciptakan sehingga manusia dapat bertahan hidup dan melestarikan populasinya. Manusia memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Walaupun kepercayaan manusia banyak yang berbeda tetapi dari seluruh kepercayaan tersebut memiliki satu tujuan yang jelas. Kepercayaan dan agama memberikan segala sesuatu penjelasan bahwa manusia adalah makhluk yang harus bersyukur kepada Dia dan memiliki potensi untuk besikap baik atau bersikap buruk, bersikap jujur atau dusta dan dalam diri manusia selalu terdapat aspek hawa nafsu, seks dan rasa ingin berkuasa. Semua sikap yang telah disebutkan dapat dikendalikan oleh manusia tersebut apabila manusia tersebut mempelajari agama sejak usia dini. Sangat bagus apabila sejak dunia dini manusia telah diperkenalkan agama dalam kehidupan mereka karena pada masa kecil lah otak manusia sangat mudah menyerap ilmu pengetahuan dan mempelajari kehidupan sehingga pengetahuan masa kecil lah yang akan mempengaruhi kehidupan mereka kedepan.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah yang bertemakan “Hubungan Manusia dengan Agama” sebagai berikut.
1.      Pengertian agama
2.      Peran agama dalam kehidupan manusia
3.      Fenomena agama dengan manusia
4.      Konsistensi keagamaan
1.3 Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan agama. Sementara tujuan khususnya adalah:
1.      Untuk mengetahui pengertian agama
2.      Untuk mengetahui Peran agama dalam kehidupan manusia
3.      Untuk mengetahui Fenomena agama dengan manusia
4.      Untuk mengetahui Konsistensi keagamaan

1.4 Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Manfaat teoritis
Hasil penulisan ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan mengenal agama lebih lanjut dan hubungannya dengan kehidupan manusia itu sendiri.
Manfaat praktis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan masukan pengetahuan untuk semua lapisan masyarakat, baik pelajar maupun dosen serta masyarakat umum dalam mengetahui hubungan manusia dengan agama.

1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah berisi uraian singkat setiap bab, mulai dari BAB I hingga ke-BAB III, dimana uraian ini memberikan gambaran secara langsung tentang isi dari tiap-tiap bab yang ada dalam makalah ini. Adapaun sistematika sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,tujuan dan manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang pengertian agama, peran agama dalam kehidupan manusia, fenomena agama dengan manusia, dan konsistensi keagamaan
BAB III Penutup
Bab ini adalah akhir makalah yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agama
Agama   adalah sebuah fenomena yang sulit didefinisikan. Bahkan WC Smith mengatakan, "Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima". Meski demikian, beberapa tokoh dunia memiliki defenisi atau kesimpulan tentang agama.
Drs. Sidi Gazali menyatakan agama itu hubungan manusia Yang Maha Suci yang dinyatakan dalam bentuk suci pula dan sikap hidup berdasrkan doktrin tertentu.
Menurut A.S Horby, E.V Gatenby dan Wakefield, agama itu kepercayaan kepada kekuasaan mengatur yang bersifat luar biasa yang pecipta dan pengendali dunia, serta yang telah memberikan kodrat rohani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah manusia abadi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebakhtian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. 
Pada semua definisi tersebut, menyatakan bahwa agama itu penghambaan kepada Tuhannya. Namun, terlepas dari semua definisi yang ada kita kita meyakini bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dari sini, kita bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak  terpisah, yaitu akidah (kepercayaan hati), syari'at (perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya). Meskipun demikian, asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan adanya   Tuhan   yang    harus disembah.

2.2 Peran Agama dalam Kehidupan
Pembahasan tentang hubungan manusia dan agama, sejak dahulu, merupakan  topik yang  sangat menarik bagi para pemikir dan cendekiawan.  Mungkin hal itu disebabkan oleh fakta sejarah umat manusia dengan suku bangsanya yang beragam bercerita kepada kita akan keterkaitan makhluk Tuhan dengan agama. Umat manusia secara umum meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam dan wajib untuk dipuja dan disembah. Keyakinan yang demikian itu merupakan asas dan pokok dari sebuah agama.
Apabila nilai-nilai agama yang sudah diperkenalkan sejak usia dini dan diterapkan dalam kehidupan manusia saat manusia beranjak dewasa maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang lebih berkualitas, berakhlak dan memiliki mampu mengendalikan diri dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Seluruh agama diberikan pengetahuan akan adanya pahala dan dosa, surga dan neraka. Apabila kita berbuat suatu kebaikan maka kita akan mendapat pahala dan akan masuk surga1 dan sebaliknya apabila kita melakukan kejahatan maka kita akan mendapatkan dosa dan akan masuk neraka2. Jadi manusia berlomba-lomba melakukan kebaikan sehingga dapat hidup lebih damai dan tentram di tengah-tengah masyarakat. Semua ini dikarenakan masyarakat diajarkan peran agama dalam kehidupan bermasyarakat. Para manusia percaya kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup, manusia percaya adanya adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia percaya wahyu Tuhan yang diberikan kepada Rasul yang bertujuan agar manusia hidup saling berdampingan tak ada peperangan dan melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh Tuhan dan tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh Tuhan, manusia percaya adanya kehidupan setelah kematian dan kehidupan setelah kematian ditentukan dari perbuatan manusia ketika mereka masih hidup.
Jadi, pendidikan agama sangat penting karena menyangkut sikap manusia dalam bermasyarakat sehari-hari. Masa depan Negara tergantung dari manusia atau masyarakat yang tinggal di Negara dan bangsa tersebut, maju mundur suatu bangsa dan Negara tergantung dari sikap tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya kerja sama seluruh masyarakat dalam menumbuhkan dan mengembangkan pendidikan agama dalam kehidupn bermasyarakat.

2.3 Fenomena Agama dengan Manusia
Sebagian ahli teologi mengatakan bahwa ketertarikan manusia kepada agama dan masalah ketuhanan adalah bersumber dari fitrahnya  sendiri. Jadi, setiap manusia dengan merujuk pada dirinya dan mendengarkan suara dari lubuk hatinya yang paling dalam akan menemukan Tuhan. Akan tetapi, ketika manusia dekat dengan alam maka mereka mencari sesuatu benda materi dan menyebutnya sebagai Tuhan atau perwujudan dari Tuhan yang ia rasakan dalam hatinya.
Dari sinilah muncul berbagai agama sesat, seperti penyembahan berhala3, penyembahan Alam4 dan semisalnya, dan hal ini tidak berarti bahwa masalah ketuhanan bukan sebuah masalah fitri, tapi dari manusia itu sendiri yang salah dalam menerapkan sifat ketuhanan pada selain Tuhan yang sebenarnya.
Agama juga dikatakan sebagai alat yang dipergunakan oleh para penguasa untuk memperbudak rakyatnya dan mengajarkan mereka untuk menerima kesengsaraan dengan senang hati. Agama Kristen di abad pertengahan telah dijadikan oleh para penguasa sebagai alat penindasan. Dalam sejarah Islam para   penguasa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah juga melakukan hal yang sama. Namun,itu tidak berarti bahwa agama memang diadakan untuk itu.
Agama adalah sebuah wadah tempat manusia menjadikan kehidupannya penuh arti. Agamalah yang mendorong manusia  membangun kepribadiannya.
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ̍øBr& «!$# 3 žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sŒÎ)ur yŠ#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß Ÿxsù ¨ŠttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrߊ `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ 

Artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri" (Q.S. Al-Ra'd: 11)
Dari uraian ini, dapat disimpulkan bahwa agama merupakan fenomena yang tidak mungkin  terpisahkan  dari  manusia. Sebab, manusia memiliki fitrah yang selalu mengajak dia untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Agung. Selain itu, manusia juga selalu butuh untuk mengetahui semua hal yang ada disekitarnya termasuk dirinya sendiri. Manusia berhak untuk mengetahui dari mana dia berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti dia lakukan demi kebahagiannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban  dari  pertanyaan-pertanyaan di atas dan itu adalah agama. Karenanya, sangatlah logis jika agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulu kala hingga kini, bahkan sampai akhir nanti.

2.4 Konsistensi Keagamaan
Sikap konsisten seseorang terhadap agamanya terletak pada pengakuan hati nuraninya terhadap agama yang dipeluknya. Konsistensi ini akan membekas pada seluruh aspek kehidupannya membentuk sebuah pandangan hidup. Namun membentuk sikap konsistensi, juga bukanlah persoalan yang mudah. berikut langkah-langkahnya
a. Pengenalan
Seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang dipeluknya, sehingga bisa membedakannya dangan agama yang lain. Jika ada orang yang menyatakan bahwa ”semua agama itu sama”, maka hampir dipastikan bahwa orang itu sebenarnya tak mengenali agama itu satu persatu.
b. Pengertian
Ajaran agama yang dipeluk pasti memiliki landasan yang kuat, tempat dari mana seharusnya kita memandang. Seseorang yang mengerti ajaran agamanya akan dengan mudah mempertahankannya dari upaya-upaya pengacauan orang lain. Dia juga dapat menyiarkan ajaran agamanya dengan baik dan bergairah.

c. Penghayatan
Penghayatan terhadap suatu agama lebih tinggi nilainya daripada sekedar pengertian. Dengan penghayatan yang dalam seseorang dapat mengamalkan ajaran agamanya, melahirkan keyakinan atau keimanan yang mendorongnya untuk melaksanakan agama dengan tulus ikhlas.
d. Pengabdian
Fase pengabdian ini disebut ibadah, yaitu penyerahan diri secara total dan menyeluruh kepada Tuhannya. Pengabdian ini akan menjelmakan pengamalan cara ibadah tertentu menyerahkan seluruh hidupnya kepada kepada Tuhannya.
e. Pembelaan
Apabila kecintaan seseorang terhadap agamanya telah demikian tinggi, maka tak boleh ada lagi perintang yang menghalang jalannya agama. Rintangan terhadap agama adalah rintangan terhadap dirinya sendiri, sehingga ia akan segera melakukan pembelaan3.
(#qè=ÏG»s%ur Îû È@Î6y «!$# (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ììÏÿxœ ÒOŠÎ=tæ ÇËÍÍÈ  
Artinya:
“Dan berperanglah kamudi jalan Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Q.S Al Baqarah [02:244])
Itulah makna konsistensi keagamaan seseorang yang tampak pada jalankehidupannya. Sejarah mencatat fenomena ini dalam berbagai agama dan ideologi yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia.

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para Nabi-Nya untuk umat manusia demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Agama juga merupakan fenomena yang tidak memiliki fitrah yang selalu mengajak untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Agung. Jadi, pendidikan agama sangat penting karena menyangkut sikap manusia kepada Pecipta dan masyarakat sehari-sehari untuk menjadi manusia yang lebih baik.

3.2 Saran
Perkenalkan agama kepada anak-anak disekitar sejak dini agar anak itu dapat tumbuh menjadi manusia dewasa yang lebih berkualitas, berakhlak dan mampu mengendalikan diri daripemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.

Daftar Pustaka




Al-Kamil, Al Qur’an Terjemahan Darus Sunnah







Tidak ada komentar:

Posting Komentar