BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk
ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia merupakan makhluk Tuhan yang memiliki
tuntutan untuk menyembah dan bersyukur atas segala sesuatu yang telah
diciptakan sehingga manusia dapat bertahan hidup dan melestarikan populasinya.
Manusia memiliki kepercayaan yang berbeda-beda. Walaupun kepercayaan manusia
banyak yang berbeda tetapi dari seluruh kepercayaan tersebut memiliki satu
tujuan yang jelas. Kepercayaan dan agama memberikan segala sesuatu penjelasan
bahwa manusia adalah makhluk yang harus bersyukur kepada Dia dan memiliki
potensi untuk besikap baik atau bersikap buruk, bersikap jujur atau dusta dan
dalam diri manusia selalu terdapat aspek hawa nafsu, seks dan rasa ingin berkuasa.
Semua sikap yang telah disebutkan dapat dikendalikan oleh manusia tersebut
apabila manusia tersebut mempelajari agama sejak usia dini. Sangat bagus
apabila sejak dunia dini manusia telah diperkenalkan agama dalam kehidupan
mereka karena pada masa kecil lah otak manusia sangat mudah menyerap ilmu
pengetahuan dan mempelajari kehidupan sehingga pengetahuan masa kecil lah yang
akan mempengaruhi kehidupan mereka kedepan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah yang bertemakan
“Hubungan Manusia dengan Agama” sebagai berikut.
1. Pengertian
agama
2. Peran
agama dalam kehidupan manusia
3. Fenomena
agama dengan manusia
4. Konsistensi
keagamaan
1.3 Tujuan Penulisan
Pada
dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umumnya adalah memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pendidikan agama. Sementara tujuan khususnya adalah:
1. Untuk
mengetahui pengertian agama
2. Untuk
mengetahui Peran agama dalam kehidupan manusia
3. Untuk
mengetahui Fenomena agama dengan manusia
4. Untuk
mengetahui Konsistensi keagamaan
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil
penulisan ini diharapkan
dapat
memberikan
manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis.
Manfaat teoritis
Hasil
penulisan ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan mengenal agama lebih
lanjut dan hubungannya dengan kehidupan manusia itu sendiri.
Manfaat praktis
Hasil
penulisan ini diharapkan dapat menjadi sumbangan masukan pengetahuan untuk
semua lapisan masyarakat, baik pelajar maupun dosen serta masyarakat umum dalam
mengetahui hubungan manusia dengan agama.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan adalah berisi uraian singkat setiap bab, mulai dari BAB I hingga
ke-BAB III, dimana uraian ini memberikan gambaran secara langsung tentang isi
dari tiap-tiap bab yang ada dalam makalah ini. Adapaun sistematika sebagai
berikut.
BAB
I PENDAHULUAN
Bab
ini membahas tentang latar belakang, rumusan masalah,tujuan dan manfaat
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB
II PEMBAHASAN
Bab
ini membahas tentang pengertian agama, peran agama dalam kehidupan manusia,
fenomena agama dengan manusia, dan konsistensi keagamaan
BAB
III Penutup
Bab
ini adalah akhir makalah yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Agama
Agama
adalah sebuah fenomena yang sulit didefinisikan. Bahkan WC Smith mengatakan,
"Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini belum ada
definisi agama yang benar dan dapat diterima". Meski demikian, beberapa
tokoh dunia memiliki defenisi atau kesimpulan tentang agama.
Drs.
Sidi Gazali menyatakan agama itu hubungan manusia Yang Maha Suci yang
dinyatakan dalam bentuk suci pula dan sikap hidup berdasrkan doktrin tertentu.
Menurut
A.S Horby, E.V Gatenby dan Wakefield, agama itu kepercayaan kepada kekuasaan
mengatur yang bersifat luar biasa yang pecipta dan pengendali dunia, serta yang
telah memberikan kodrat rohani kepada manusia yang berkelanjutan sampai sesudah
manusia abadi.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa agama adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya
dengan ajaran kebakhtian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan
kepercayaan tersebut.
Pada semua
definisi tersebut, menyatakan bahwa agama itu penghambaan kepada Tuhannya.
Namun, terlepas dari semua definisi yang ada kita kita meyakini bahwa agama
adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya
untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Dari sini, kita
bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian yang tidak terpisah,
yaitu akidah (kepercayaan hati), syari'at (perintah-perintah dan larangan
Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan sisi rohani manusia untuk dekat
kepada-Nya). Meskipun demikian, asas terpenting dari sebuah agama adalah
keyakinan akan adanya Tuhan yang
harus disembah.
2.2 Peran Agama dalam Kehidupan
Pembahasan
tentang hubungan manusia dan agama, sejak dahulu, merupakan topik
yang sangat menarik bagi para pemikir dan cendekiawan. Mungkin hal
itu disebabkan oleh fakta sejarah umat manusia dengan suku bangsanya yang
beragam bercerita kepada kita akan keterkaitan makhluk Tuhan dengan agama. Umat
manusia secara umum meyakini adanya Tuhan yang menciptakan alam dan wajib untuk
dipuja dan disembah. Keyakinan yang demikian itu merupakan asas dan pokok dari
sebuah agama.
Apabila
nilai-nilai agama yang sudah diperkenalkan sejak usia dini dan diterapkan dalam
kehidupan manusia saat manusia beranjak dewasa maka manusia tersebut akan
menjadi manusia yang lebih berkualitas, berakhlak dan memiliki mampu
mengendalikan diri dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran
agama.
Seluruh
agama diberikan pengetahuan akan adanya pahala dan dosa, surga dan neraka.
Apabila kita berbuat suatu kebaikan maka kita akan mendapat pahala dan akan
masuk surga1
dan sebaliknya apabila kita melakukan kejahatan maka kita akan mendapatkan dosa
dan akan masuk neraka2.
Jadi manusia berlomba-lomba melakukan kebaikan sehingga dapat hidup lebih damai
dan tentram di tengah-tengah masyarakat. Semua ini dikarenakan masyarakat
diajarkan peran agama dalam kehidupan bermasyarakat. Para manusia percaya
kepada Tuhan sebagai sumber dari segala hukum dan nilai-nilai hidup, manusia percaya
adanya adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia percaya wahyu Tuhan
yang diberikan kepada Rasul yang bertujuan agar manusia hidup saling
berdampingan tak ada peperangan dan melakukan perbuatan yang diperintahkan oleh
Tuhan dan tidak melakukan tindakan yang dilarang oleh Tuhan, manusia percaya
adanya kehidupan setelah kematian dan kehidupan setelah kematian ditentukan
dari perbuatan manusia ketika mereka masih hidup.
Jadi,
pendidikan agama sangat penting karena menyangkut sikap manusia dalam
bermasyarakat sehari-hari. Masa depan Negara tergantung dari manusia atau
masyarakat yang tinggal di Negara dan bangsa tersebut, maju mundur suatu bangsa
dan Negara tergantung dari sikap tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
adanya kerja sama seluruh masyarakat dalam menumbuhkan dan mengembangkan
pendidikan agama dalam kehidupn bermasyarakat.
2.3
Fenomena Agama dengan
Manusia
Sebagian
ahli teologi mengatakan bahwa ketertarikan manusia kepada agama dan masalah
ketuhanan adalah bersumber dari fitrahnya sendiri. Jadi, setiap manusia
dengan merujuk pada dirinya dan mendengarkan suara dari lubuk hatinya yang
paling dalam akan menemukan Tuhan. Akan tetapi, ketika manusia dekat dengan
alam maka mereka mencari sesuatu benda materi dan menyebutnya sebagai Tuhan
atau perwujudan dari Tuhan yang ia rasakan dalam hatinya.
Dari sinilah
muncul berbagai agama sesat, seperti penyembahan berhala3, penyembahan
Alam4 dan semisalnya, dan hal ini tidak berarti bahwa masalah
ketuhanan bukan sebuah masalah fitri, tapi dari manusia itu sendiri yang salah
dalam menerapkan sifat ketuhanan pada selain Tuhan yang sebenarnya.
Agama juga dikatakan sebagai alat
yang dipergunakan oleh para penguasa untuk memperbudak rakyatnya dan
mengajarkan mereka untuk menerima kesengsaraan dengan senang hati. Agama
Kristen di abad pertengahan telah dijadikan oleh para penguasa sebagai alat penindasan.
Dalam sejarah Islam para penguasa Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah
juga melakukan hal yang sama. Namun,itu tidak berarti bahwa agama memang diadakan untuk itu.
Agama adalah
sebuah wadah tempat manusia menjadikan kehidupannya penuh arti. Agamalah yang
mendorong manusia membangun kepribadiannya.
¼çms9 ×M»t7Ée)yèãB .`ÏiB Èû÷üt/ Ïm÷yt ô`ÏBur ¾ÏmÏÿù=yz ¼çmtRqÝàxÿøts ô`ÏB ÌøBr& «!$# 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !#sÎ)ur y#ur& ª!$# 5Qöqs)Î/ #[äþqß xsù ¨ttB ¼çms9 4 $tBur Oßgs9 `ÏiB ¾ÏmÏRrß `ÏB @A#ur ÇÊÊÈ
Artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri"
(Q.S. Al-Ra'd: 11)
Dari uraian
ini, dapat disimpulkan bahwa agama merupakan fenomena yang tidak mungkin
terpisahkan dari manusia. Sebab, manusia memiliki fitrah yang
selalu mengajak dia untuk beriman kepada Tuhan Yang Maha Agung. Selain itu,
manusia juga selalu butuh untuk mengetahui semua hal yang ada disekitarnya
termasuk dirinya sendiri. Manusia berhak untuk mengetahui dari mana dia
berasal, untuk apa dia berada di dunia, apa yang mesti dia lakukan demi
kebahagiannya di dunia dan alam akhirat nanti, yang merupakan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan di atas dan itu adalah agama. Karenanya,
sangatlah logis jika agama selalu mewarnai sejarah manusia dari dahulu kala
hingga kini, bahkan sampai akhir nanti.
2.4 Konsistensi Keagamaan
Sikap konsisten seseorang terhadap agamanya terletak pada pengakuan hati
nuraninya terhadap agama yang dipeluknya. Konsistensi ini akan membekas pada
seluruh aspek kehidupannya membentuk sebuah pandangan hidup. Namun membentuk
sikap konsistensi, juga bukanlah persoalan yang mudah. berikut langkah-langkahnya
a. Pengenalan
Seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang dipeluknya, sehingga bisa
membedakannya dangan agama yang lain. Jika ada orang yang menyatakan bahwa
”semua agama itu sama”, maka hampir dipastikan bahwa orang itu sebenarnya tak mengenali agama itu satu persatu.
b. Pengertian
Ajaran agama yang dipeluk pasti memiliki landasan yang kuat, tempat dari
mana seharusnya kita memandang. Seseorang yang mengerti ajaran agamanya akan
dengan mudah mempertahankannya dari upaya-upaya pengacauan orang lain. Dia juga dapat menyiarkan ajaran agamanya dengan baik dan bergairah.
c. Penghayatan
Penghayatan terhadap suatu agama lebih tinggi nilainya daripada sekedar
pengertian. Dengan penghayatan yang dalam seseorang dapat mengamalkan ajaran
agamanya, melahirkan keyakinan atau keimanan yang mendorongnya untuk
melaksanakan agama dengan tulus ikhlas.
d. Pengabdian
Fase pengabdian ini disebut ibadah, yaitu penyerahan diri secara total dan menyeluruh
kepada Tuhannya. Pengabdian ini akan
menjelmakan pengamalan cara ibadah tertentu menyerahkan seluruh hidupnya kepada kepada Tuhannya.
e. Pembelaan
Apabila kecintaan seseorang terhadap agamanya telah demikian tinggi, maka
tak boleh ada lagi perintang yang menghalang jalannya agama. Rintangan terhadap
agama adalah rintangan terhadap dirinya sendiri, sehingga ia akan segera
melakukan pembelaan3.
(#qè=ÏG»s%ur Îû È@Î6y «!$# (#þqßJn=ôã$#ur ¨br& ©!$# ììÏÿx ÒOÎ=tæ ÇËÍÍÈ
Artinya:
“Dan berperanglah kamudi jalan Allah, dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui” (Q.S Al Baqarah [02:244])
Itulah makna konsistensi keagamaan seseorang yang tampak pada
jalankehidupannya. Sejarah mencatat fenomena ini dalam berbagai agama dan
ideologi yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama adalah
kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para Nabi-Nya untuk
umat manusia demi mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Agama juga
merupakan fenomena yang tidak memiliki fitrah yang selalu mengajak untuk beriman
kepada Tuhan Yang Maha Agung. Jadi, pendidikan agama sangat penting karena
menyangkut sikap manusia kepada Pecipta dan masyarakat sehari-sehari untuk
menjadi manusia yang lebih baik.
3.2 Saran
Perkenalkan
agama kepada anak-anak disekitar sejak dini agar anak itu dapat tumbuh menjadi
manusia dewasa yang lebih berkualitas, berakhlak dan mampu mengendalikan diri
daripemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
Daftar Pustaka
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/12/hubungan-antara-agama-dan-manusia/ (Kamis, 8 Des 201; 15.09)
Al-Kamil, Al Qur’an Terjemahan Darus Sunnah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar