Senin, 20 Desember 2010

CERPEN

SUKA CINTA

Ratu…

Pangeran…

Itulah suara yang kerap kali membangunkanku dari mimpi di pagi hari.

“Iya Bu, Ratu dah bangun kok nggak usah teriak-teriak gitu kali!” teriaku yang hampir menyaingi terikan Ibuku. Napa sih Ibu suka amat teriak, gumamku. Aku pun lekas ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah.

15 menit kemudian…

“Nih sarapan dan uang jajananya” kata Ibuku sembari membagikan sarapan dan uang kepadaku, adik dan Ayah.

“Bu, aku mau ganti nama ah. Buatin akta kelahiran baru ya!” pinta adikku manja.

“Mang ya napa dengan namamu? Namamu kan dah bagus!” kata Ayahku seraya meminum kopi panasnya

“Iya dah bagus sekali kok dek, Pangeran Hartanegara!” sahutku dengan sedikit unsure meledek.

“Aku nggak minta tanggapanmu Ratu Berlian” kata adikku tersinggung.

“Hey Pangeran jaga bicaramu sopan sedikit sama kakakmu, jangan memanggil namanya tanpa sebutan kakak” kata Ayahku tegas. Aku pun meledek adikku dengan menjulurkan lidah ke mukanya.

“Pangeran, bikin akta kelahiran itu nggak murah butuh duit juga Nak!” kata Ibuku membujuk.

“Tapi Bu, teman-teman bilang aku itu keberatan nama. Masa muka pas-pas gini dipanggil pangeran lalu ada embel-embel Hartanegaranya lagi, terlalu lebai Bu!”

“Kamu semestinya bangga punya nama sebagus itu kan bisa nutupin kekurangan yang ada dalam dirimu nama juga do’a loh dan itulah do’a Ibu sama Ayah untuk kamu.” Kata Ibuku sambil mengusap-usap kepala Pangeran.

”Aku mau ganti nama, titik!”. Pangeran pun pergi meninggalkan meja makan dan langsung ke sekolah dengan muka terlipat-lipat.

“Biarin aja Bu, pulang sekolah pasti dah nggak ngambek lagi. Kalau gitu aku ke sekolah dulu, Assalamualaikum!” pamitku.

Itulah keluargaku yang hidupnya cuma pas-pasan tapi memiliki nama yang keren-keren. Ayahku saja namanya Ramayana dan Ibuku he he he Dwi Shinta. Ketika aku tiba di sekolah semua orang berlari-larian menuju MADING, ku cepatkan langkah kakiku menuju ke kerumunan tersebut.

jadilah ratu sekolah!!!

siapkan diri kalian gadis-gadis perfect untuk mengikuti ajang pemilihan ratu sekolah. pihak osis akan mencari dan mendaftakan dirimu yang memenuhi kriteria-kriteria seoarang ratu sekolah.

panpel

Aliran darahku tiba-tiba mengalir cepat dan memanas setelah membaca pengumuman tersebut namun, ketika aku tersenyum-senyum sendiri ku mendengar bisikan-bisikan yang tidak mengenakkan.

“Wah pasti yang akan jadi Ratu Sekolah, Keisha”.

“Iya, dia itu dah cantik, baik, pinter lagi”. Mendengar mereka membuatku muak dan pergi dari situ namun, sialnya sepanjang perjalanan ke kelas cuma bisikan-bisikan itu yang terdengar.

Bahkan di kelas pembahasannya itu juga, sama semua buat bete aja. Sebenaranya bukan pengumumannya yang buat aku bete tapi terkaan anak-anak yang mempastikan Keisha yang akan menang padahal masih banyak cewek-cewek selain dia di sekolah ini ada aku, ih sebel.

“Ratu!” panggil Anggi dengan teriak dari luar kelas.

“Heran ya, hari ini orang-orang hobi banget teriak” kataku dingin.

Napa sih pagi-pagi gini mukanya dah terlipat-lipat gitu?” tanya Angga, kembaran Anggi.

“Kalian dah liat pengumuman di MADING kan?”

“Yaiyalah, kita kan pengurus MADING sekaligus pengurus OSIS” jawab Anggi

“Dan aku yakin seyakin-yakinnya kalau Keisha yang akan memperoleh gelar Ratu Sekolah” lanjut Angga.

“That’s right. Secara dia itu dah cantik, pinter dan baik lagi” tambah Anggi.

“Iiih kalian nyuabelin banget!!!” teriakku emosi. Semua orang kaget mendengar suaraku dan balik meneriakiku.

“Aduh, teriakanmu hampir ngerusak kuping aku nih” kata Angga mengeluh.

“Kamu yang nggak suka orang teriak tapi malah kamu yang teriak” tegur Anggi.

“A A A… Kalian semua nyebelin, pergi dari hadapanku, SEKARANG!” teriakku lagi. Si kembar emas itu pun pergi ke bangku mereka, tepatnya di belakangku.

Tingg…

Bunyi bel tanda masuk, semua siswa berbondong-bondong masuk ke kelas masing-masing. Sementara aku sedang bersedih sambil menundukkan kepala, terdengar suara salam kecil di telingaku.

“Assalamualaikum, my Queen”.

“Waalaikumsalam, o Putra, kirain siapa!” jawabku yang kemudian menunduk kembali.

“Kok mukanya nggak nyenengin gitu, ada apa Tu?” tanya Putra dan mendekatkan wajahnya.

“Tu… Tu…Tu… mangnya aku Ti2”. Aku kaget ketika mengangkat wajahku karena saat itu wajah Rama sangat dekat denganku, jantungku tiba-tiba berdetak tidak teratur. Namun, saat itu hanya berlangsung singkat karena guru Fisika Pak Wahyu sudah masuk kelas.

Di tengah pelajaran aku berbisik-bisik dengan Putra.

“Putra…” bisikku.

“Iya!”

“Ushhh… Aku mau curhat nih, kan sekarang itu orang-orang lagi sibuk-sibuknya membahas tentang ajang pemilihan Ratu Sekolah tapi napa sih mereka dah meyakini kalau Keisha yang akan meraihnya, napa bukan cewek lain atau aku mungkin!”.

“Ratu… dengerin ya. Keisha itu lebih menonjolkan kelebihannya dan orang lain nggak, terkhusus kamu. Kamu tahu kenapa, karena kamu menyimpannya rapi-rapi dalam dirimu dan hanya orang-orang tertentu yang dapat merasakan kelebihanmu itu sebab kamu itu cewek special” jelas Putra.

“Putra, kamu mang paling bisa menghiburku, oh iya wajahmu lucu ya kalau di lihat dekat” pujiku sambil senyum-senyum.

“Ratu Berlian, coba kamu kerja nomor 23 halaman 98 di papan tulis sekarang” suruh Pah Wahyu. Aduh mati aku semalam aku kan nggak belajar, bisikku. Tiba-tiba Putra menyodorakn buku latihanya padaku, aku pun lekas mengambilnya dan naik ke papan tulis.

Lima menit kemudian…

“Ya benar,. Lain kali jangan senyum-senyum sendiri kanyak orang gila, sekarang kamu boleh duduk” kata Pak Wahyu.

“Putra kamu mang kawanku yang paling baik” kataku pada Putra dan dia hanya tersenyum.

Putra adalah lelaki yang paling baik setelah Ayahku. Dia tidak pernah membuatku kecewa, sedih, susah dan paling bisa mengatasi kegalauan hatiku dan menurutku senyumanya yang paling manis di sekolah. Itulah sebabnya aku nggak bosan duduk sebangku dengannya. Sedangakn Angga dan Anggi, si kembar emas itu adalah sahabatku sejak TK, walau kami suka marahan tapi mereka pasti nggak betah kalau mogok ngomong sama aku, itulah sohibku.

“Ratu, hari ini kita kerja kelompok di rumahmu kan?” tanya Anggi padaku.

“Iya. Mana Angga, Nggi?”.

“Oh, dia nemenin Putra karena katanya hari ini Keisha mau nembak Putra gitu!”.

“APAAA!”.

“Ratu, ini ketiga kalinya kamu teriak lagi demen teriak ya?”.

“Sorry. Nggi kita harus cegah Putra menerima Keisha, ayo!”.

“Mang ya…”. Sebelum Anggi menyelesikan kata-katanya aku keburu menariknya dan membawaku ke TKP.

“Hey Put! Teman aku ini suka ma kamu, gimana terima nggak?” kata teman Keisha yang bernama Rani. Put Put mang ya putu, dasar perusak, gumamku. Aku dan Anggi menguping mereka di balik tembok.

“Iya Putra terima aja, Keisah itu dah cantik, baik plus pinter lagi” kata Angga, mengkompor-kompori. Dasar Angga kalau Putra nerima Keisha, ku bunuh kau, gumamku lagi.

“Mungkin aku akan jadi lelaki terbodoh yang nggak suka ma Keisha, siapa sih yang tidak menyukainya, tapi aku hanya sebatas suka, nggak lebih” jawab Rama. Aku yang mendengarnya jadi lesu.

“Ooo… kalau gitu klop dong kan sama-sama suka, jadi Keisha nggak jomblo lagi” kata Nunu, teman Keisha kegirangan. Keisah juga terlihat sangat senang sekali saat itu.

“Maaf, kayaknya ada perbedaan pendapat antara kita. Menurutku bukan cuma sebuah pernikahan yang harus dilandasi cinta tapi pacaran juga perlu. Suka dan cinta beda menurutku dan aku tidak cinta dengan Keisha hanya suka jadi aku tidak bisa pacaran dengan dia, maaf” kata Putra bijak. Wajah Keisha tiba-tiba memerah.

“Jadi kamu…” Rani mulai emosi. Keisha pergi dengan mata berkaca-kaca, kedua temanya itu pun mengejarnya.

“Wah kamu mang hebat Putra, bisa nolak Keisha, iya kan Ratu?” kata Anggi. Dasar bodoh, kakak ma adik sama aja, bisikku.

“Ooo… kalian nguping ya!” kata Anggi.

“Iya. Si Keisha yang menarikku kesini katanya dia nggak mau…”. Ku tutup mulut Anggi karena kejujurannya hanya akan buat aku malu di depan Putra.

“Ratu, dah makan?” tanya Putra.

“Ah… o… belum”jawabku gagap.

“Yuk ke kantin teman-teman, aku yang traktir kali ini”. Putra langsung menarik tanganku dan saat itu hati serasa sangat tenang bahkan suara ceria Angga dan Anggi tidak terdengar.

Sepulang sekolah, anak-anak ke rumahku untuk kerja kelompok tapi kami lebih dominan membahas tentang Ratu Sekolah dibandingkan pelajaran. Aku yang bersikeras untuk mengikutinya berniat untuk merombak diriku menjadi seperti atau lebih dari Keisha. Si kembar memberiku les kilat tentang kepribadian dan membawaku ke salon. Sedangkan Putra tidak membantu sedikit pun, berkomentar pun tidak.

Keesokan harinya, semua mata tertuju padaku. Akahirnya perubahan pada diriku ini digubris sama satu sekolahan dan semua orang tidak menerka Keisha yang akan jadi Ratu sekolah tapi aku. Dari jauh terlihat teman-teman, sudah menunggu kedatanganku.

“Cie yang lagi bermetamorfosis nie” ejek Anggi.

“Ingat harus jaim, ramah, baik dan kalau bisa pinter-pinter dikit” saran Angga. Terlihat Putra hanya terdiam dan ini baru pertama kalinya tidak memperhatikanku.

Ketika aku dan si kembar lagi asyik berbincang di dalam kelas, ketua OSISku, Ummy datang dan memberikan selembaran padaku.

“Kak ini cuma dikhususkan untuk gadis perfect loh,jadi jangan disia-siain ya, Kak!” katanya sembari tersenyum. Ternyata selembaran itu adalah formulir pendaftaran Ratu Sekolah.

“Ummyi Culsum, senyumanmu manis banget, kalau aja kamu cowok udah aku gandeng kamu” kata Anggi terpesona.

“Betul itu. Kamu mendaftar juga kan, kamu itu dah manis, pinter dan senyumanmu itu lebih menawan dibanding Keisha, iya kan Putra?” nambah Angga.

“Iya, kamu itu manis, bijak, tegas dan pinter. Dan menurutku cewek manis lebih baik daripada cantik karena kalau cantik orang gampang bosan liat ya!” tanggap Putra. Aku yang sibuk mengisi formulir menjadi terhenti mendengar tanggapan Putra, baru pertama kali dia memuji gadis lain selain aku.

“Ha ha ha… kakak terlalu memujiku. Oh iya sudah kak Ratu soalnya guru kakak dah mau masuk! Kak pulang sekolah kumpul di kelasku ya!” kata Ummy terburu-buru.

Sepanjang jam pelajaran hatiku resah. Mungkinkah Putra menolak Keisha karena dia mencintai Ummy dan yang buat aku curiga lagi waktu jam istirahat dia tidak mengajakku tapi malah Ummy yang dia ajak. Sehabis kumpul di kelas Ummy terlihat Putra menunggunya untuk mengantarkan dia pulang. Saat itu dua hati terpatahkan, aku dan Keisha. Putra apakah Ummy adalah cintamu? Bisik hatiku yang mungkin serupa dengan Keisha.

Esoknya adalah hari penilaian para finalis Ratu Sekolah dan kami diharuskan menunjukkan jati diri kita yang sebenarnya karena itulah penilaian utamanya. Namun, di otakku hanya memikirkan tentang perubahan Putra dan tidak ada sedikitpun yang terlintas di benakku tentang ajang ini.

Napa ya Putra itu lebih dekat ma Ummy dibanding kita?” tanya Anggi.

“Mereka dah jadian kali!” tebak Angga.

“Oh iya hari ini kan penilaiannya, loh kamu mayun-mayun gitu, ingat jaim!” kata Anggi sambil memukul-mukul mulutku.

“Ah napa sih, mulut-mulutku” kataku kesal.

“Loh kok gitu!” kata Anggi heran. Aku tinggalkan tempat itu di tengah keheranan mereka.

Napa sih, tidak Putra tidak Ratu semuanya aneh” ujar Anggi.

Aku susah ketika melihat kebersamaan mereka, kebahagiaanku serasa terenggut begitu saja, senyumpun serasa sulit saat itu. Ketika kami para finalis berserta siswa lain dikumpulkan di Aula sekolah untuk mendengarkan pengumuman pemenang, Putra masih saja terlihat bersama Ummy bahkan mereka tambah dekat. Hati ini sakit sekali, aku ingin sekali menangis dan berteriak sekencang-kencangnya.

“Okey, bapak akan ngumumin Ratu Sekolah kita, dan dia adalah…” kata Pak Wahyu. Suasana Aula saat itu begitu riuh, mereka menyeruhkan jagoannya masing-masing dan ku lihat Putra mengusap-usap kepala Ummy begitu lembut mereka tidak eduli dengan keriuhan anak-anak.

“Adalah… Keisha Cildany!”. Semua orang bersorak gembira dan aku tidak dapat menahan kesedihanku lagi. A… A… A…. rengekku seperti bayi dan memecahkan suara riuh anak-anak. Angga dan Anggi pun menarikku turun dari atas panggung.

“Ratu kamu malu-maluin ah!” keluh si kembar sembari membawaku keluar Aula. Aku tetap manangis tidak peduli dengan pandangan orang-orang padaku yang jelas aku broken heart jadi aku mau menangis. Sampai Putra menghampiri dan mengusap airmataku, ku hentikan rengekanku. Sementara itu Angga dan Anggi kembali ke Aula.

“Kamu napa my Queen?” tanya Putra lembut.

“A… a… ku… aku sedih, Put” jawabku terbata sambil terisak.

“Sedih! Karena nggak jadi Ratu Sekolah atau…?” kata Putra penasaran.

“Bukan itu tapi karena…” jawabku ragu-ragu.

“Ratu aku nggak bisa membantumu keluar dari kesedihanmu kalau kamu menutupinya. Kalau benar kamu gini karena nggak jadi Ratu Sekolah aku kecewa ma kamu karena harus sedih karena hal yang seperti ini. Ratu jujur sebelum ajang ini diadakan kamu sudah jadi Ratu, ratu dalam sebuah Istana megah, disini Ratu” kata Rama dengan serius sambil mengepal tanganku di dadanya.

“Tapi Ummy?”

“Ummy! Jangan bilang kamu gini karena Ummy ha ha ha!” kata Putra tertawa. Aku hanya diam dan menunggu penjelasan Putra.

“Ratu, dengarin aku. Dia adalah adik tiriku, anak dari istri kedua Ayahku, aku nggak pernah cerita karena aku pikir nggak penting. Dan… akhir-khir ini aku dekat dengannya karena ku lihat kamu sibuk merombak dirimu menjadi orang lain dan aku nggak suka kamu yang itu. Jadi aku ke adik aku aja” jelas Putra.

“Jadi Ummy bukan…”

“Pacar, bukanlah. Masa aku pacaran sama adik sendiri, oh iya mang kamu nggak ngeliat aku ma Ummy mirip loh, sama-sama punya senyuman manis”.

“Yei, narsis! Jadi siapa dong cintamu?”.

“Ratu kamu itu belum mengerti ya. Cinta aku itu sebuh berlian”.

“Berlian, siapa itu? Anak kelas berapa? Cantik atau manis?” tanyaku jelous.

“Ratu… di sekolah kita ini yang punya nama Berlian itu cuma satu. Ratu Berlian dan itu kamu!”. Mendengar kata-kata Putra aku serasa ingin pingsan, aku ngerasa melayang-melayang dalam dunia cinta.

“A… a… ku” kataku masih tidak percaya. Ternyata Angga danAnggi mengupung dari tadi dan mereka mendengar semuanya.

“Cieee, jadi sahabat kita ini resmi jadian dong” kata Anggi.

“Yes, jadi Ummy secara ternyata masih jomblo dan dia adalah adik sahabatku, Tuhan mang baik, jadi nanti kamu Ratu jadi ipar aku” kata Angga.

“Hey aku nggak mau punya kakak ipar yang lebih manis dari aku, Ngga” ujar Anggi. Sementara si kembar itu bertengkar, Ummy datang menghampiri kami.

“Gimana Kak sudah menyet?”tanyanya kepada Putra. Putra hanya senyum malu-malu dan mukanya memerah seperti tomat.

“Alhamdulillah, akhirnya selama tiga tahun memendam bisa juga diungkapin” lanjutnya lagi seraya merangkul aku dan Putra. Akupun tidak membenci Ummy lagi karena aku tahu dia hanya adik tiri Putra bukan pacarnya. Saat itu Angga pun nembak Ummy tapi sayang Ummy menolaknya karena Ummy juga punya cinta yang dia tunggu, menunggu cintanya itu menyadari kehadirannya dan akan menghampirinya sendiri, ya mendam persaan lagi deh.

Hari itu berlalu begitu indah, aku sekarang nggak minat lagi jadi Ratu Sekolah karena menjadi ratu di istana hati Putra adalah anugerah terindah dalam hidupku dan aku nggak mau sia-siain anugerah Allah SWT.

* * *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar