Uchi, ingat sebentar sholat Magrib di Masjid ya! Itulah kata-kata yang terniang dipikiranku saat itu.
“Ah, dasar anak-anak nyuruh aku ke Mesjid untuk ngajar padahal semestinya aku yang diajar
Magrib pun tiba dan aku pergi Sholat di masjid dekat rumah. Tenyata kurang lebih dari enam minggu anak TPAnya sudah aktif belajar dan juga banyak anak remaja masjid yang datang ada Cika, Uly, Icha, Sisy, Firdah dan ada Sari. Saat itu aku berkenalan dengan seorang perempuan berjilbab besar bernama Sakinah dan seorang temanya bernama Eli. Aku yang baru datang bukannya merasa asing malah merasa akrab dengan mereka berdua. Pada sore itu kami membicarakan rencana lomba tanpa kuketahui terlebih dahulu kapan, bagaimana, dimana dan apa dasar lomba ini diadakan.
Keesokan harinya aku dipanggil lagi ke masjid dan dengan tanpa ragu aku mengiyakannya. Pada saat itu aku kaget karena makin banyak saja remaja yang datang, yakni ditambah dengan kak Maya, kak Nur, Niki, Lani dan Fitri. Namun anehnya kak Sakinah tidak datang tapi digantikan dengan seorang laki-laki bernama Aji dan dia memanfaatkan saat itu dengan membicarakan hal yang sama dengan kak Sakinah. Aku bingung apa tujuan mereka melaksanakan lomba ini dan kebingunanku bertambah saat seorang laki-laki dingin, sinis,dan kayaknya sombong datang dengan memakai almamater warna hijau kemudian duduk tepat disampingku,
“Buset dah ini orang harum amat”, bisikku. Lalu disusul lagi dengan seorang pemuda dengan pakaian yang tidak jelas, dikira ustazd tapi nggak ada tampang ustazdnya sedikitpun tapi dikirain preman tapi kok pakai sarung sama peci. Hati kecilku berkata lagi “Siapa sih mereka ?”.
Sesudah sholat Isya kami pun pulang dan aku bertanya kepada Sari,
“Siapa sih mereka ?”.
“Mereka itu anak KKN yang untuk sementara menetap disini selama dua bulan tapi kira-kira mereka sisa dua minggu lagi disini”, jawab Sari jelas.
Dalam melaksankan lomba ini, anak KKN tersebut menyuruh kami agar mau menyempatkan diri untuk hadir sesudah shalat Ashar di masjid karena aku orangnya sibuk jadi selalu telat pulang sekolah jadi telat juga aku datang ke masjid. Saat aku datang rapatnya sudah dimulai dan yang dibahas tentang rencana kegiatan dari susunan kepanitianya, acaranya dan lomba-lomba yang akan diadakan. Disana ada semua anak remaja masjid dan juga ada kak Sakinah, kak Eli, kak Aji, kak Aksan si penampilan aneh itu dan kak Rama si wajah jutek itu.
Rapat demi rapat selalu kuhadiri dan kendala pun kami hadapi, yakni kuranganya dana. Uanglah yang menjadi faktor utama saat itu dan akhirnya kami semua anak remaja yang harus mencari dana ke setiap rumah. Disinilah mulai timbul ketidaksenangan anak remaja akan adanya lomba ini. Tidak cukup sampai disini masalah demi masalah datang tanpa di undang seakan-akan masalah itu yang selalu mengikuti kami. Anak remaja harus membuat umbul-umbul sebagai property untuk pembukaan lomba yang dirangkai dengan pawai. Namun, ketidakadaanya bambu sebagai pegangan umbul jadi kami harus memakai sapu lidi yang membuat anak remaja risih karena nampaknya nggak gaul ‘gitu’. Saat itu ada lagi remaja yang ikut membantu namanya kak Leni dan kak Pute.
Anak KKN juga ng-adaain LDK bagi kami para remaja di seluruh masjid satu kelurahan selama dua hari, yakni Sabtu sama Ahad. Disana aku juga mengenal beberapa lagi anak KKN dari posko lain tapi lupa siapa-siapa saja namanya. Kami bercanda ria dan memgantuk ria juga karena ini diaakan dari jam setengah tujuh sampai jam sepuluh malam, waktu tidurnya anak-anak seumuran kami.
Semua undangan telah disebarkan ke seluruh masjid satu kelurahan. Berhubung ketidakadanya remaja yang mewakili dari masjidku jadi remaja disana bertindak sebagai panitia dan sekaligus peserta. Pada suatu malam kami sedang latihan tiba-tiba kak Aji mengajak kami ikut acara penutupan lomba di masjid sebelah. Dengan berjalan kaki kami mengikut kak Aji dan diawasi dari belakang oleh kak Aksan, kak Rama dan Kak Heri si pendiam. Kami bercanda tawa disana dan aku pun mulai akrab dengan mereka terutama kak Rama yang selalu menggodaku dengan kata “Mana cerita lucumu Uchi ? ” karena aku pernah ingin bercerita lucu dan didengar olehnya. Disinilah aku sadar kalau kak Rama itu tidak seperti yang kubanyangkan, dia itu menyenangkan.
Malam pembukaan, kami para remaja harus kerja keras untuk membuat kue yang banyak untuk peserta pawai sampai-sampai ada yang nginap di rumah kak Maya. Keesokan paginya pawai pun di mulai pada jam delapan, saat itu aku memakai pakaian serba hitam dengan tertuliskan nama HARRY POTTER jadi kayak penyihir ‘gitu’. Kami bersuka ria dan bercapek ria serta berteriak ria juga saat itu, nyanyiin ini, nyeruin itu semunya dilakukan untuk nyemangati diri sendiri sama anak-anak yang lain. Tapi masalah timbul lagi karena kue yang dibuat sampai begadang tidak dimakan oleh para peserta karena anak remaja salah informasi, mereka kira ba’da Azhar baru kue itu disantap tapi nyatanya tidak. semestinya sesudah pawai. Jadi, semua kesalahan ini pun dilimpahkan kepada anak KKN terutama kak Aji karena dialah ketuanya. Inilah awal perpecahan anak KKN dengan para remaja.
Siang harinya kami rapat lagi membahas ulang jadwal lomba. Kak Sakinah protes begitu banyak yang didukung oleh Niki, sang penengah kak Rama didukung oleh Sari dan Kak Maya namun sang terdakwah kak Aji tidak mempunyai pembela tapi kak Aji bisa mengatasinya dengan argumen-argumennya. Saat suasana makin tengang tiba-tiba Icha mengeluarkan argumenya namun dengan bahasa yang salah,
“Jangan yang susah yang sulit aja untuk lomba tataboganya”. Dua kata yang bermakna sama dia gabungkan dalam satu kalimat dan yang tanggap saat itu cuma aku dan kak Rama jadi cuma kami yang tertawa terbahak-bahak dan yang lainnya kebingunan. Akhirnya rapat selesai, namun karena ada beberapa tanggapan mereka yang tidak diterima misalnya tentang panitia yang juga berperan sebagai peserta yang akan membuat mereka repot tidak ditanggapi baik membuat anak remaja kecewa sama anak KKN.
Di hari pertama ini beberapa lomba dapat berjalan dengan baik tapi satu kenyataan yang aku tahu bahwa sekarang semua anak remaja masjid khususnya dari masjidku kecewa berat sama anak KKN. Bahkan Sari bilang,
“Percuma orang rapat, pandapat kita tidak diterima, kesepakatannya sepihak”. Argumennya pun dikuatakan ole kak Maya. Kak Rama yang mendengar hal ini memanggil anak KKN yang ada dan meminta penjelasan mengapa kata-kata itu bisa terucap tapi tidak ada satupun yang memberikan penjelasaan. Anak remaja marah dan malu, anak KKN kecewa dan aku juga kecewa karena Sari berkata tanpa dasar yang jelas.
Lomba demi lomba terlaksana dengan baik. Pada malam Rabu kami berkerjasama mendekorasi masjid untuk pelombaan busana. Saat itu kak Rama dipojokkan terus seakan-akan semua idenya salah dan ide anak remaja itu paling benar. Jujur aku memang anak remaja tapi aku ada di pihak kak Rama karena aku menggangap sikap anak remaja itu kekanak-kanakan. Tapi walaupun dia terus dipojokkan, kak Rama tetap saja menggodaku,
“Hey, Uchi yang kubawakn kue, Uchi mana cerita lucumu, aku suka semangat Uchi””.
Keesokan malamnya aku bertanya kepada kak Rama.
“Kak kira-kira acara penutupannya kapan, dimana, bagaimana, dan apa saja kegiatannya ?”.
“Malam sabtu di teras masjid ini dengan ada tenda dan banyak kegitaan yana akan dilakukan mungkin sampai jam sepuluh malam”, jawabnya dengan tersenyum dan mata yang bersinar memandangiku serta wajah yang nampak malu.Untuk kesekian kalinya kak Rama menggodaku lagi,
“Eh Uchi tadi menyet sama aku loh, hey tidak ikut Uchi Vokal group ya? Berarti tidak ada orang manis dong !”. Sungguh aku sangat malu tapi entah kenapa hatiku berdebar-debar terus malam itu.
Hari lomba telah terlewati tibalah hari perpisahan dan aku telah memikirkan matang-matang suatu kejutan buat anak KKN. Tapi aku tidak yakin saat itu akan sukses dan ternyata kenyakinaaku benar, aku sudah menguras otakku untuk memikirkan suatu kejutan buat mereka tapi gagal karena aku tahu Allah tidak akan meridhoi kami karena sikap anak remaja yang keterlauan. Aku pun menangis tapi bukan karena anak KKN akan pergi tapi aku menangis karena kecewa, kecewa akan sikap anak remaja yang sangat keterlauan dan egois itu.. Mereka juga membuat menangis kak Rama dengan kata-kata mereka yang pedas,
”Kami bisa berdiri sendiri tanpa bantuan anak KKN !“. Padahal kak Rama dan kawan-kawan hanya ingin membantu meningkatkan kualitas anak remaja disini jadi dia pergi dengan hati kecewa.
Keesokan harinya mereka semua menyesal dan jutaan kata “I’m sorry Kakanda”, terlontarkan baik secara lisan maupun SMS kecuali kak Maya, kak Lina, kak Fira dan kak Pute tidak ada penyesalan yang mereka rasakan malah mereka merasa lebih dirugikan.
Masalah muncul lagi karena kak Aji memberi amplop yang berisi uang mereka semua menganggap uang itu adalah gaji bagi mereka yang dianggap pembantu di mata anak KKN. Akhirnya uang itu dikembalikan kepada kak Sakinah dan dia menerimanya karena sebenarnya anak KKN masih kekurangan banyak dana. Agar kami dapat mengenang anak KKNnya, kak Sakinah memberi kami sebuah gantungan kunci mini, lucu sekali.
Hari demi hari hari terlewati, anak-anak KKN tidak pernah lagi datang dan semua merasa kehilangan, kebencian mereka hilang begitu saja seakan tergantikan dengan kerinduan yang mendalam dalam pikiran cuma ada kata,
“Kapan mereka datang lagi ?”.
Everytime cuma ada cerita tentang anak KKN terutama kak Rama. Dulu mereka selalu membicarakan kejelekan kak Rama namun kini mereka malah bilang kak Rama itu menyenangkan.
‘Seseorang akan merasa membutuhkan saat dia telah merasa kehilangan’ mungkin inilah kata-kata yang cocok buat mereka. Namun aku tidak bisa meceritakan tentang perasaan kak Maya, kak Lina, kak Fira dan kak Pute mungkin mereka sudah mati rasa dengan anak KKN sehingga ucapan maaf sulit untuk dilontarkan hingga kini.
Sekarang aku masih menunggu akan kedatangan mereka lagi karena aku sangat merindukan argumen-argumen kak Aji, keanehan kak Aksan, kegeniatan kak Eli, nasehat kak Sakinah dan gombalan kak Rama. Mungkin jika kebersamaan kami lebih lama lagi hati ini akan sangat tidak merelakan kepergian mereka meninggalkan kehidupanku yang telah terbiasa dengan adanya mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar