Hubungan
Ilmu Politik dengan Ilmu Lainnya
Ilmu politik bukanlah ilmu
yang bisa berdiri sendiri tanpa
didampingi oleh disiplin ilmu lainnya. Secara praktis keilmuan politik bisa
dipisahkan namun dalam kontek pelaksanaan ilmu politik harus mengadopsi ilmu –
ilmu yang berhubungan langsung. Dengan adanya kombinasi ilmu pengetahuan
tersebut maka politkus akan menjadi orang yang bertanggung jawab dan sungguh –
sungguh dalam menjalankan amanah rakyatnya karena secara estimologi ilmu politik lebih mengarah kepada mayoritas bukan
minoritas apalagi individu.
Berikut
adalah hubungan ilmu politik dengan ilmu lainnya.
1. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Sejarah
Ilmu sejarah
sangat dekat hubungannya dengan Ilmu politik. Professor Seely mengatakan,
Sejarah tanpa ilmu politik laksana pohon tampa buah, sedangkan ilmu politik
tanpa sejarah bagaikan pohon tanpa akar, dapat disimpulkan keduanya sangat
berhubungan dekat. Freeman mengemukakan histori atau sejarah adalah politik
masa dahulu, sedangkan politik adalah sejarah masa kini.
Sejak dahulu kala
ilmu politik erat hubugannya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik karena
menyumbang bahan data dan fakta dari masa lampau untuk diolah lebih lanjut dan
berguna untuk mengembangkan politik selanjutnya.
Sejarah adalah
riwayat hidup umat manusia. Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari peradaban
manusia. Melalui pelajaran ini segala ide- ide, kesuksesan dan peradaban
manusia dikupas. Di sini pula kita mengetahui kejadian- kejadian dahulu, gerak-
gerik dan penyebab dimana memiliki timbal- baliknya pula.
Ilmu politik akan
samar bila tidak disertai dengan sejarah, dimana sejarah juga akan terlihat
pincang bila tidak diiringi dengan ilmu politik. Kedua ilmu tersebut memiliki
suatu keterkaitan yang tidak mungkin dipisahkan. Lebih jelasnya setiap sejarah
pasti diiringi dengan sang hero atau nama- nama pemikir terdahulu, dimana ilmu
politik mengupas segala bidang perkembangan suatu negara, dimana hal ini
dikategorikan sebagai sejarah.
2. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Filsafat
Ilmu pengetahuan
lain yang erat sekali hubungannya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat
ialah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban
atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta dan kehidupan manusia. Ilmu politik terutama sangat erat
hubungannya dengan filsafat politik, yaitu bagian dari filsafat yang menyangkut
kehidupan politik terutama mengenai sifat hakiki, asal mula dan nilai dari
Negara. Membahas persoalan-persoalan politik dengan berpedoman pada suatu
sistem nilai dan norma-norma tertentu.
Gramsci mengatakan
bahwa filsafat yang sejati bukan merupakan cabang kajian yang terisolasi,
tetapi dalam dirinya sendiri mengandung seluruh anasir fundamental yang
dibutuhkan untuk mengonstruksi konsepsi tentang dunia yang total dan integral
dan segala hal yang dibutuhkan untuk mewujudkan organisasi masyarakat politik
yang integral dalam kehidupan manusia. Oleh karenanya, politik Gramsci
mengarahkan dia pada filsafat, dan filsafatnya sepenuhnya bersifat politis.
Dengan kata lain, Gramsci melihat filsafat sebagai pendidikan politik, dan
politik sebagai arena untuk menerapkan pengetahuan filosifi.
3. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Sosiologi
Di antara
ilmu-ilmu sosial, sosiologi yang paling pokok dan umum sifatnya. Sosiologi
membantu dalam usahanya memahami latar belakang, susunan dan pola kehidupan
sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat. Dengan menggunakan
pengertian-pengertian dan teori-teori sosiologi , dapat membantu mengetahui
sampai di mana susunan dan stratifikasi sosial mempengaruhi atau pun
dipengaruhi oleh misalnya keputusan kebijaksanaan (policy decisions), corak dan
sifat keabsahan politik (political legitimacy), sumber-sumber kewenangan
politik (sources of political authority), pengendalian sosial (social control),
dan perubahan sosial (social change).
Sosiologi
menyumbangkan pengertian akan adanya perubahan dan pembaruan dalam masyarkat.
Sosiologi dan ilmu politik mempelajari tentang negara, tetapi sosiologi
menganggap negara adalah salah satu lembaga pengendalian sosial. Sosiologi juga
menganggap negara sebagai salah satu asosiasi dalam masyarakat dan memerhatikan
bagaimana anggota asosiasi itu dapat memengaruhi sifat dan kegiatan negara.
Dalam buku Goodin, disebutkan bahwa ilmu politik banyak meminjam konsep
sosiologi, seperti akomodasi, asimilasi, integritas sosial, dan sebagainya.
Disisi lain
jangkauan ilmu politik bersifat terbatas. Ilmu politik bersifat menyusun atau
mengatur disiplin atau aturan, dan mengenai secara praktis dengan keistimewaan
dari aspek kehidupan sosial atau phenomena politik. Sosiologi juga mempelajari
sesuatu yang tidak merupakan fenomena ilmu politik, sedangkan hak yang tidak
merupakan fenomena perpolitikan bersifat diluar atau terlalu suli dijangkau
dengan ilmu politik.
4. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Antropologi
Apabila jasa
sosiologi terhadap perkembangan ilmu politik adalah terutama dalam memberikan
analisis terhadap kehidupan sosial secara umum dan menyeluruh, maka antropologi menyumbang pengertian dan
teori tentang kedudukan serta peran berbagai satuan sosial-budaya yang lebih
kecil dan sederhana. Antropologi telah berpengaruh dalam bidang metodologi
penelitian ilmu politik.
Teori politik
memiliki dua makna. Makna pertama menunjuk teori sebagai pemikiran spekulatif
tentang bentuk dan tata cara pengaturan masyarakat yang ideal, makna kedua
menunjuk pada kajian sistematis tentang segala kegiatan dalam masyarakat untuk
hidup dalam kebersamaan. Contoh teori politik yang merupakan pemikiran
spekulatif adalah teori politik Marxis-Leninis atau komunisme, contoh lain
adalah teori politik yang berdasar pada pemikiran Adam Smith kapitalisme.
Pemikiran Tan Malaka dalam tulisannya Madilog , merupakan contoh teori
politik Indonesia. Naskom yang diajukan Soekarno merupakan contoh lain. Sedangkan
teori politik sebagai hasil kajian empirik bisa dicontohkan dengan teori
struktural – fungsional yang diajukan oleh Talcot Parson (seorang sosiolog),
antara lain diturunkan kedalam teori politik menjadi Civic Culture. Konsep
sistem politik sendiri merupakan ciptaan para akademisi yang mengkaji kehidupan
politik (sesungguhnya diturunkan dari konsep sistem sosial).
Antropologi telah berpengaruh
dalam bidang metodologi penelitian ilmu politik. Salah satu pengaruh yang amat
berguna dan terkenal serta kini sering dipakai dalam ilmu politik ialah metode
peserta pengamat (participant observer).
Penelitian semacam ini memaksa ilmuan politik untuk meniliti gejala-gejala
kehidupan sosial “dari dalam” masyarakat yang menjadi objek penelitiannya.
5. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Ekonomi
Pada masa dahulu,
ilmu politik dan ilmu ekonomi dianggap sebagai satu bidang ilmu tersendiri,
yaitu politik ekonomi (political economy).
Politik ekonomi yaitu pemikiran dan analisis kebijakan untuk kesejahteraan
negara karena perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu tersebut memisahkan diri
menjadi ilmu politik dan ilmu ekonomi.
Hubungan ilmu politik
dengan ilmu ekonomi,
yaitu dijelaskan bahwa, Ilmu politik mengatur kehidupan orang-orang Yunani ,
maka ”oikonomos” (ekonomi) adalah
mengatur kemakmuran materil dari warganegara yunani. Di indonesia dapat
dibuktikan hubungan tersebut sebagaimana tercantum alam UUD 1945c bahwa “bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Para pemikir
terdahulu menganggap ilmu ekonomi sebagai cabang dari ilmu politik, dari
sinilah muncul nama atau gelar ilmu ekonomi politik. Di masa itu pokok urusan
ketertiban finansial dilihat atau diambil dari sumber penghasilan Negara,
Sedangkan sekarang pemikiran tersebut telah berubah. Ilmu ekonomi dinyatakan
independent dan terpisah dari pelajaran politik, dimana pelajaran ini
mengajarkan masyarakat untuk berusaha, bagaimana,dimana, apa dan gimana
mengatur dan memperoleh kekayaan. Singkatnya ekonomi adalah ilmu kekayaan.
Ekonomi berpengaruh dalam politik hanya
dibeberapa titik saja, dimana titik penghasilan dan penyaluran dari kekayaan
sangatlah besar pengaruhnya didalam pemerintahan. Bahkan juga disebabkan dari
berbagai penyelesaian permasahan yang memang lazim timbul didalam Bernegara.
6.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Ilmu Psikologi sosial
Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari
hubungan timbal balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor
yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok sosial, bidang
psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan perorangan. Psikologi
adalah ilmu sifat, dimana fungsi- ungsi dan fenomena pikiran manusia dipelajari.
Setiap tindakan dan aktifitas masyarakat dipengaruhi oleh akal individu.
Sedangkan ilmu politik mempelajari aspek tingkah laku masyarakat umum. Maka
sampai saat itu pula, ilmu politik berhubungan dengan psikologi.
Jika tindakan politik bisa diketahui dengan sepantasnya,
maka akarnya terdapat dalam psikologi dalam pelaksanaan untuk menemukan hasil
yang jelas. Para pakar politik sampai saat itu juga mencoba untuk mempelajari
tindak-tanduk politik dalam istilah ilmu psikologi.
Psikologi sosial
mengamati kegiatan manusia baik ekstern maupun intern. Dengan ke dua analisis
ini, ilmu politik dapat menganalisis secara lebih mendalam makna dan peran
orang kuat, kondisi sosial ekonomi, serta ciri-cri ciri-ciri kepribadian yang
memungkinkannya memainkan peran besar itu.
Psikologi sosial
dapat menjelaskan bagaimana kepemimpinan tidak resmi bisa memengaruhi suatu
keputusan dalam kebijakan politik dan kenegaraan. Psikologi sosial juga dapat
menjelaskan sikap dan reaksi kelompok terhadap keadaan yang dianggapnya baru,
serta kondisi seperti apa yang dapat meredakan sikap dan reaksi masyarakat.
Dalam psikologi politik kita akan menemukan tentang sosialisasi politik,
analisis kepribadian, partisipasi massa, dan sebagainya.
Menurut pengamatan
Barker, penggunaan psikologis menunjukkan teka- teki dari aktifitas manusia
dimana telah menjadi kebiasaan sekarang. Jika gagasan nenek moyang kita
bersifat ilmu hayat atau biologis, maka kita berpikir secara ilmu jiwa.
Lembaga politik
dan system diberbagai negara akan sukses dengan iringan keselarasan mental
masyarakat didalam negara. ‘’Pemerintahan yang stabil akan menjadi sangat
terkenal’’. Menurut Garner, mesti tergambar dan ditekan dari ideal mental serta
moral sentiment dari mereka, dimana merupakan tombak dalam kekuasaan,
singkatnya, semua itu musti terdapat dalam keselarasan dengan mental konstitusi
dari bangsa.
Psikologi
mengajarkan kita tentang sifat dasar manusia dan ini tidaklah sama disegala
penjuru dunia, setiap komunitas memiliki mental dandanan sendiri. Setiap
komunitas memiliki kegeniusan dan keistimewaan pandangan terhadap kehidupan.
Beberapa komunitas mempunyai kesadaran yang tinggi untuk membangun politik yang
baik, dimana sebagian masyarakat sebaliknya.
Alasan inilah yang
menjawab kenapa tipe keistimewaan dari lembaga politik bisa berjalan sukses
dibeberapa negara dan gagal pula terjadi disebagian negara.
7. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Geografi
Faktor-faktor yang
berdasarkan geografi dapat memengaruhi politik, seperti perbatasan strategis,
desakan penduduk, dan daerah pengaruh. Seorang Swedia bernama Rudolf
Kiellen(1864-1933) menganggap, di samping faktor antropologi dan ekonomi, keadaan geografis memengaruhi karakter
dan kehidupan nasional dari rakyat, karena itu harus diperhitungkan dalam
menyusun politik dalam dan luar negeri.
8.
Hubungan
Ilmu Politik dengan Ilmu Hukum
Sejak dulu ilmu hukum sangat erat kaitannya
dengan ilmu politik, karena mengatur dan melaksanakan undang-undang merupakan
salah satu kewajiban negara yang penting. Terutama
negara-negara Benua Eropa, ilmu hukum sejak dulu kala erat hubungannya dengan
ilmu politik, karena mengatur dan melaksanakan undang-undang merupakan salah
satu kewajiban negara yang penting. Cabang-cabang ilmu hukum yang khususnya
meneropong negara ialah hukum tata-negara (dan ilmu negara).
Ahli hukum melihat negara semata-mata sebagai
lembaga atau organisasi hukum, maka ahli ilmu politik lebih selain cendrung
menganggap negara sebagai system of
controls, juga memandang negara sebagai suatu asosiasi atau sekelompok
manusia yang bertindak untuk mencapai beberapa tujuan bersama.
9. Hubungan
Ilmu Politik dengan Ilmu Etika
Etika adalah ilmu ketertiban dimana pokok
masalah moralitas dipelajari. Singkatnya ilmu tatasusila adalah ilmu moralitas.
Di dalam ilmu ini ditetapkan hukum-hukum moralitas dan menentukan kebiasaan
tingkah laku. Ilmu tatasusila juga memaksimalkan setiap tingkah laku manusia
baik secara benar atau berhaluan kiri.
Hubungan antara ilmu politik dan
Etika adalah nyata atau fact atau
jelas. Tidak ada pembahasan dalam ilmu politik pokok persoalan apakah ini benar
atau sebaliknya, maka tatasusila yang akan memberi jawaban setiap sasaran
ataupun tujuan ilmu politik itu sendiri.
Para filosofi politik di abad kuno
dan abad pertengahan menyatakan tidak ada perbedaan diantara ilmu politik dan
tatasusila, bagi mereka ketertiban keduanya saling berhubungan. Menurut Plato
dan Aristotle negara lahir hanya untuk menghasilkan atau melangkah kepada arah
yang lebih baik, sedangkan untuk meraih kebaikan tersebut dibutuhkan iringan
nilai moral yang tinggi. Dilain pihak Mahatma Gandhi Bapak bangsanya India
menekankan kedekatan hubungan ilmu politik dan etika, yaitu politik yang
kehilangan agama adalah sebuah perangkap kematian karena mereka telah
membinasakan jiwa. Agama disini diartikan sebagai tatasusila atau moral yang
tinggi.
10. Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Komunikasi
Perspektif
politik terhadap komunikasi lebih mendasarkan pada asumsi bahwa politik adalah
sebuah proses. Politik melibatkan komunikasi. Proses komunikasi dalam ruang
lingkup politik menempati posisi yang penting. Setiap sistem politik,
sosialisasi dan perekrutan politik, kelompok-kelompok kepentingan, penguasa,
peraturan, dan sebagainya dianggap bermuatan komunikasi. Dengan kata lain,
sejauh mana proses politik menentukan struktur dan pola komunikasi yang tumbuh
dalam masyarakat.
Kerangka
yang mengekspresikan atau menyatakan pesan politik tentunya melalui proses
komunikasi. Dalam arti tertentu, politik berada dalam domain komunikasi. Proses
komunikasi akan menentukan struktur, efektivitas, proses dan aktivitas politik
yang ada. Dengan kata lain, sejauh mana komunikasi menentukan proses pencarian,
mempertahankan dan mendistribusikan pola kekuasaan dalam masyarakat.
Dalam proses
politik, komunikasi menjadi alat atau media yang mampu mengalirkan pesan
politik (tuntutan dan dukungan) ke kekuasaan untuk diproses. Dalam suatu sistem
politik yang demokratis, terdapat subsistem suprastruktur politik (lembaga
eksekutif, legislatif, yudikatif) dan subsistem infrastruktur politik (partai
politik, organisasi kemasyarakatan, kelompok kepentingan) –nya. Proses politik
berkenaan dengan proses input dan output sistem politik.
Dalam model komunikasi politik,
dijelaskan bahwa komunikasi politik model input merupakan proses opini berupa
gagasan, tuntutan, kritikan, dukungan mengenai suatu isu-isu aktual yang datang
dari infrastruktur ditujukan kepada suprastruktur politiknya untuk diproses menjadi
suatu keputusan politik (berupa undang-undang, peraturan pemerintah, surat
keputusan, dan sebagainya). Sedangkan komunikasi politik model output adalah
proses penyampaian atau sosialisasi keputusan-keputusan politik dari
suprastruktur politik kepada infrastruktur politik dalam suatu sistem politik. Dapat
dikatakan bahwa ilmu politik merupakan salah satu akar pertama pengembangan
ilmu komunikasi